Uncategorized

“INFORMATION AND TECHNOLOGY IN PUBLIC HEALTH PERSPECTIVE”

Posted on

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN MASYARAKAT

  1. A.    PENGERTIAN
  2. 1.      Teknologi Informasi

Teknologi Informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar (kamus Oxford, 1995)  

Sedangkan menurut Haag dan Keen (1996), Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. 

Jadi dapat disimpulkan Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

  1. 2.      Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.

  1. 3.      Sistem Informasi

Sistem informasi adalah kumpulan informasi di dalam sebuah basis data menggunakan model dan media teknologi informasi digunakan di dalam pengambilan keputusan bisnis sebuah organisasi. Sistem informasi memiliki komponen berupa subsistem yang merupakan elemen elemen yang lebih kecil yang membentuk sistem informasi tersebut misalnya bagian input, proses, output.

Jadi, Teknologi Informasi merupakan bagian dari Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mengacu pada komponen fisik. Komponen fisik (Hardware) akan bergabung dengan komponen nonfisik (software) untuk membentuk sebuah system informasi yang dilengkapi dengan mekanisme yang sistematis hingga informasi siap untuk disebar luaskan.

 

  1. B.     IMPLEMENTASI

1)      Telemedicine

Surveilans Epidemiologis merupakan kumpulan data penyakit yang diobservasi untuk mengetahui tren dan mendeteksi perubahan kejadian penyakit tersebut secara dini.

Telemedicine bisa diartikan sebagai akses cepat untuk memberikan keahlian medis secara jarak jauh. Sehingga tidak tergantung dimana posisi pasien itu berada. Dalam kondisi gawat darurat atau bencana alam, fungsi Telemedicine menjadi sangat penting karena dapat mempercepat tindakan medis. Data medis seperti foto resolusi tinggi, gambar radiografi, rekaman suara, rekam medis pasien, konferensi video kesehatan juga dapat ditransfer ke lokasi lain yang berjauhan. Pelayanan kesehatan interaktif tersebut juga dapat menggunakan media audio visual untuk konsultasi, diagnosis dan pengobatan, termasuk proses pendidikan dan latihan kepada penyedia kesehatan dan masyarakat luas. Telemedicine melahirkan sub-aplikasi seperti teleradiologi, teledermatologi, telepatologi, telefarmasi dan sebagainya.

2)      Sistem Informasi Geografis (SIG) kesehatan

Sangat berguna untuk menampilkan berbagai peta tematik kesehatan. SIG sangat membantu otoritas kesehatan untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Dalam hal ini hasil-hasil dari Surveilans epidemologis dalam format SIG bisa ditampilkan secara fleksibel melalui internet. Dan jika SIG Kesehatan diintegrasikan dengan SIG Kependudukan merupakan infrastruktur data yang bermutu tinggi untuk menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan.

3)      e-Health

Mekanisme Prescribing atau sistem resep obat secara online juga bisa dilakukan. Dalam hal ini pasien hanya berurusan dengan institusi pelayanan kesehatan. Sedangkan resep obat akan diatur secara otomatis. Mulai dari persedian obat sampai dengan pembayaran oleh pihak asuransi kesehatan.

4)      Rekam medis berbasis internet

Adalah penyimpanan rekam medis pasien dengan sistem komputer membuat pengelolaan data menjadi lebih mudah dan terjadi sehingga informasi yand dibutuhkan petugas kesehatan dapat diperoleh dengan cepat. Aplikasi sitem informasi dalam puskesmas berbasis internet berfungsi membantu dalam hal pendaftaran pasien dan penyampaian data rekam medis pasien dan kecepatan pemrosesan data dan stok obat dapat dengan cepat diperbarui sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

 

  1. C.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI

1)      Kelebihan sistem informasi

  1. Dapat memberikan informasi-informasi secara tepat dan cepat kepada semua khayalak.
  2. Dapat mempermudah masyarakat dalam memperoleh data-data yang di perlukannya.
  3. Data-data yang di dapatkan bisa menjadi referensi.
  4. Dapat menambah wawasan kepada masyarakat umum.
  5. Setiap detik informasi dapat di perbaharui dan akurat.
  6. Dapat belajar lebih hemat dengan sistem informasi tanpa harus keluar rumah.

2)      Kekurangan sistem informasi

  1. Mempermudahnya terjadinya plagiat.
  2. Membuat seseorang kurang berinteraksi dengan lingkungan.
  3.  Membuat seseorang menjadi ketergantungan.
  4. Hal-hal yang tradisional menjadi di tinggalkan karena kemajuan sistem informasi dan kemajuan zaman.
    1. D.    Manfaat dan Dampak Negatif

Berikut ini adalah manfaat TI dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah:

1)      Manfaat IT Untuk Bisnis dan Perusahaan

Dengan memanfaatkan IT untuk bisnis akan memberikan dampak yang sangat besar untuk keberlangsungan perusahaan di dunia. Berikut ada beberapa manfaat penting IT untuk bisnis dan pada sebuah perusahaan:

  • IT dapat memperluas pangsa pasar.
  • IT dapat meningkatkan efisiensi operasional dan waktu.
  • IT dapat mengurangi biaya produksi dan operasional.
  • IT dapat memberikan keunggulan kompetitif.
  • IT dapat memberikan peluang bisnis baru.

Pemanfaatan IT untuk mendukung berbagai kebutuhan dan perkembangan organisasi, individu dan perusahaan tentu akan mendatangkan sesuatu yang positif. Namun perlu diketahui bahwa IT dapat membuat kita menjadi insan yang lebih berarti dengan memanfaatkannya untuk hal yang positif. Manfaat IT untuk hal yang positif tentu akan mendapat banyak dukungan dari berbagai kalangan.

2)      Manfaat IT untuk Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari IT memang memegang peranan penting tidak mengenal dan ada batasan usia, IT menjadi suatu hal yang harus dan menjadi kebutuhan pokok semua individu. IT menjadi bahan utama dalam berbagai kegiatan apapun seperti perkuliahan, belajar mengajar, dan kegiatan lainnya. Berikut adalah berbagai manfaat IT untuk kehidupan sehari hari yang kita perlukan atau yang kita alami sendiri:

  • Menambah ilmu pengetahuan.
  • Mempermudah mengerjakan tugas sehari hari.
  • Lebih praktis
  • Menambah jaringan teman.
  • Mendapatkan informasi secara mudah dan gampang.

Dalam perkembangannya IT juga berguna dalam kehidupan sehari hari untuk membuat orang lebih makmur dan mendapatkan manfaat lain yang lebih berarti.

3)      Manfaat Teknologi Informasi dan Komputer Bidang Kesehatan

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.

Berikut ini beberapa aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen kesehatan.

  1. a.      Rekam medis Berbasis Komputer (Computer Based Patient Record)

Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer. Pengertian rekam medis berbasis komputer bervarisai, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam memanajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG), radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.

  1. b.      Teknologi Penyimpan data Portabel

Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep ini, pelayanan kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi dengan tingkat rujukan di atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi data medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card (kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara).

Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah barcode (atau kode batang). Kode batang ini seudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek dagang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda obat. Penggunaan barcode juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakitdalam mempercepat proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.

Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (Radio Frequency Identifier) yang memungkinkan pengidentifikasian identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maaka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.

  1. c.       Teknologi Nirkabel

Pemanfaatan jaringan komputer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirilis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan Local Area Network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nirkabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nirkabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggu mobilitasnya.

  1. d.      Komputer Genggam (PDA/Personal Digital Assistant)

Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, lima puluh persen (50%) dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA karena dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapat digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumah sakit melalui jaringan internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit.

Dampak teknologi informasi dapat berupa dampak negative maupun dampak positif dalam kehidupan sehari-hari.

1)   Dampak Negatif Teknologi Informasi

  1. Ketergantungan
  2. Violence dan Gore (kekejaman dan kesadisan)
  3. Pornografi
  4. d.      Anti social behavior
  5. Kemudahan transaksi yang memicu munculnya bisnis terlarang seperti narkoba dan produk black market
  6. Munculnya plagiatisme atau penjiplakan karya orang lain
  7. Munculnya cyber crime para penipu tyerutama dalam transaksi online

 

2)   Dampak Positif Teknologi Informasi terhadap kesehatan

  1. Kelelahan pada anggota gerak atas
  2. Adanya radiasi yang dapat memicu munculnya penyakit baru seperti kanker, dan merusak jaringan sperma dan memngurangi jumlah sperma.
  3. Dapat menimbulkan kelelahan pada mata dan menyebabkan gangguan pada mata
  4. Kerusakan saraf
  5. MSDS karena duduk dalam waktu yang lama hingga bengkoknya tulang belakang (skoliosis, lordosis, kifosis) karena posisi duduk yang terlalau lama.

 

  1. E.     TANTANGAN DAN KESIMPULAN

Teknologi informasi dan komunikasi maupun sistem informasi dalam bidang kesehatan masyarakat perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga memiliki nilai utilitas yang tinggi. Sebagai tenaga yang bekerja di bidang public health, sudah selayaknya tenaga-tenaga kesehatan mampu mengoperasikan teknologi informasi dan menciptakan sistem informasi kesehatan yang berguna dalam bidang kesehatan masyarakat. Demikian pula, sebagai seorang public health harus mampu memanfaatkan sistem informasi untuk kepentingan manajemen, perencanaan, dan penyelesaian masalah kesehatan. Sehingga dengan kemampuan yang dimiliki, sistem administrasi kesehatan masyarakat akan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.

 

 

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Posted on

 

 

 

 

 

 

 

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KELOMPOK 5

Disusun oleh:

  1. 1.      Umaya                                          25010112120047
  2. 2.      Haifa Nurdiennah                       25010112120048
  3. 3.      Wiwin Tipuk Dwi Astuti            25010112120049
  4. 4.      Ria Nur Madyasari                     25010112120050
  5. 5.      Wiwi Wulan Ndari                      25010112120051
  6. 6.      Aip Saripudin                              25010112120052
  7. 7.      Mawaddah Muhajjar                 25010112120053
  8. 8.      Khaerunnisa Uljanah                 25010112120054
  9. 9.      Tyas Larasati                               25010112120055
  10. 10.  Prasti Widyorini                          25010112120056
  11. 11.  Ida Mahfiroh                               25010112120057
  12. 12.  Winda Asriyani                           25010112120058

 

 

Kelas A 2012

 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

  1. A.    Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang artinya memberitahukan. Sedangkan menurut bahasa inggris disebut Communication yang artinya pertukaran informasi konsep, ide, perasaan antara dua atau lebih.[1]

  1. Komunikasi dapat dibagi menjadi :
  • Komunikasi satu arah
    Yaitu komunikasi yang tidak memberi kesempatan pada pendengar untuk memberikan tanggapan/sanggahan. 1
    Contoh : siaran radio, tv, Koran
  • Komunikasi dua arah
    Yaitu komunikasi yang memberikan kesempatan pada pendengar untuk memberikan tanggapan/sanggahan1
    Contoh : pertemuan musyawarah, diskusi

 

  1. Macam-macam komunikasi
    1. Komunikasi tertulis
      Komunikasi tertulis adalah komunikasi menggunakan lambing, huruf, misalnya jika akan menyampaikan pesan melalui surat biasanya menggunakan huruf-huruf atau abjad, dsb.1
      Kelebihan1 komunikasi secara tertulis :

–          Dapat disebarkan seluas-luasnya

–          Dapat lebih tegas dan jelas

–          Mempunyai daya tahan yg lama

Kelemahan 1 komunikasi secara tertulis :

–          Tidak ada penjelasan lebih lanjut selain tertulis

–          Tidak semua hal yg dikomunikasikan secara tertulis

–          Penerima komunikasi tidak jelas menerima pesan yg dimaksud

  1. Komunikasi lisan
    Komunikasi lisan adalah komunikasi berbentuk pembicaraan langsung, seperti diskusi, ceramah, dsb .1

Kelebihan1 komunikasi secara lisan :

–          Dapat menimbulkan komunikasi timbale balik secara langsung

–          Dapat memberi penjelasan secara rinci

–          Dapat menimbulkan partisipasi secara langsung

Kelemahan1 komunikasi secara lisan :

–          Memerlukan penyesuaian di dalam berkomunikasi

–          Memerlukan penjelasan lebih terperinci

–          Tidak dapat di pakai sebagai dokumentasi tertulis

 

  1. Unsur-unsur komunikasi 1
  • Komunikator, adalah seorang yg menyampaikan pesan atau informasi
  • Komunikan, adalah seseorang yg menerima pesan atau informasi
  • Pesan, adalah berita yg mengandung arti
  • Media, saluran/sarang yg menunjang pesan bila komunikan jauh tempatnya/banyak jumlahnya
  • Efek/feedback, adalah pengaruh dari adanya pesan

 

  1. Syarat-syarat berkomunikasi 1
  • Pesan yg disampaikan hendaknya dapat membangkitkan keinginan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperolehnya.
  • Pesan yg disampaikan harus di rancang terlebih dahulu dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian sasaran yg dimaksud.
  • Pesan yg disampaikan harus menggunakan tanda-tanda yg disesuaikan dengan pengalaman yg sama antara yg member pesan dan orang yg menerima pesan, sehingga sama-sama mengerti.
  • Pesan yg disampaikan hendaknya mewujudkan dan menunujukan suatu jalan untuk memperoleh keinginan yg layak.

 

Menurut Communicative Skill (Air University USA), komunikasi adalah suatu proses yg mempunyai tiga komponen, yaitu : 1
a. Komunicator, adalah seseorang yg memindahkan arti
b. Simbol, adalah untuk memindahkan arti
c. Penerima, adalah seseorang yg menerima symbol dan menterjemahkan arti

 

Hambatan-hambatan dalam komunikasi [2]

  • Kurangnya pengetahuan
  • Berbeda latar belakang pendidikan antara komunikator dengan komunikan
  • Tidak/kurang mendalami teknologi komunikasi
  • Adanya penafsiran bahasa yg salah/berbeda
  • Jarak antara komunikator dengan komunikan
  • Melakukan komunikasi yg panjang dan bertele-tele
  • Pengaruh panca indra
  • Kurang/tidak saling mengenal tradisi masing-masing

 

 

  1. B.     Landasan Daya Tarik dalam Interaksi Manusia

Dalam kehidupan  sehari-hari rasa suka dan daya tarik terhadap seseorang menjadi faktor penting dalam menjalin hubungan dengan sesama. Beberapa faktor daya tarik yang dapat mempengaruhi proses hubungan antar manusia sebagaimana yang disampaikan Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (2000) adalah kedekatan geografis , kepemiripan, dan situasi.[3]

  1. Kedekatan Geografis (Prokmisitas)

Pepatah jawa mengatakan “Trisno jalaran soko kulino” artinya cinta muncul karena kebiasaan bertemu,bertatap muka, bercanda atau saling berpandangan. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa betapa besar pengaruh kedekatan dlam menjalin hubungan satu sama lainnya. Dalam kontek hubungan sosialpun sering kita saksikan seseorang terkesan lebih nyaman bila ngobrol dengan sesama kelompoknya yang sering bertemu dan jarak yang dekat dibanding dengan orang yang jarang bertemu karena jauh tempatnya. Seorang perawat bedah akan merasa nyaman berkomunikasi dengan sesama perawat atau dokter yang bertugas di Ruang Bedah dibanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat atau dokter yang bertugas ditempat lain. (Mundakir,2006) 3

  1. Kemiripan (Similarity)

Dalam suatu penelitian mengenai pemilihan pasangan hidup, Buss(1985) sebagaimana dikutip oleh Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss (2000) menemukan bukti kuat bahwa pemilihan pasangan hidup ini didasarkan pada kemiripan.Misalnya mirip dalam hal usia,pendidikan, latar belakang etnik, agama, ras, status sosial ekonomi, disamping kepribadian, sikap gaya busana dan sebagainya.Dengan demikian bila kita mengetahui tentang sikap ,kepribadian ,nilai-nilai yang dianut dan latar belakang seseorang kita akan dapat meramalkan tentang siapa akan berkawan dengan siapa.Perawat mungkin akan lenih memilih berhubungan dekat dengan sesama petugas kesehatan dibanding berhubungan dekat dengan petugas keamanan.Seorang pasien akan merasa aman bila curhat dengan pasien lain yang mempunyai masalah kesehatan yang hampir sama. Faktor kemiripan ini seolah menjadi pendukung dalam proses hubungan antar manusia. 3

  1. Situasi
    1. Rasa suka timbal balik yang dipersepsi

Perasaan suka atau daya tarik seseorang akan muncul kuat bula orang lain yang disukai memberikan respon balik yang sama,Situasi ini cukup berpengaruh denga orang lain.Seorang perawat akan merasa lebih senanng dalam memberikan perhatian dan berkomunikasi dengan klien apabila klien tersebut merespon dan mengikuti nasehat perawat, sebaliknya bila respon klien tidak sesuai dengan harapan perawat ,maka tidak jarang perawat akan “membiarkan  atau cuek” terhadap klien tersebut. Timbal balik rasa suka terhadap sesorang dapat dijelaskan dengan dua alasan : 1. Orang yang menyukai Anda meningkatkan harga diri Anda. 2. Perilaku rasa sukanya merupakan suatu pujian,dan Anda mengembalikan pujian itu dengan rasa suka juga. (Mundakir,2006) 3

  1. Perubahan dalam penghargaan diri

Hubungan yang kita lakukan dengan orang lain akan terasa lebih mantap dan nikmat bila hubungan kita membawa pengaruh pada peningkatan harga diri.Seorang perawat akan merasa bangga bila dia bersahabat dengan orang yang lebih pintar dari dia karena hal tersebut selain menambah penegtahuannya juga meningkatkan citra dirinya dihadapan orang lain. (Mundakir,2006) 3

  1. Kecemasan

Kecemasan mempengaruhi kita untuk berkomunkasi dengan orang lain.Situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan dapat meingkatkan kebutuhan untuk bersama-sama dengan orang lain untuk mengubah kriteria. (Mundakir,2006)3

  1. Isolasi

Kesendirian yang terjadi menimbulkan kesepian dan membutuhkan hubungan dengan orang lain.Seorang pasien yang mengidap penyakit menular akan di isolasi dalam ruangan tertentu, dia tersiksa secara fisik dan psikis ,dia butuh teman untuk ngobrol , curhat dan ketenangan dalam menjalani hidup. (Mundakir,2006)3

  1. Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi

Menurut pandangan ini dalam memilih pasangan hidup dan bahkan kawan,kita tertarik pada orang yang paling mungkin memuaskan kebutuhan kita.Seorang teman mungkin mempunyai kebutuhan kuat untuk mendominasi hubungan,sementara yang lain merasa lebih nyaman dengan sikapnya yang submisif. (Mundakir,2006)3

 

  1. C.    Ketrampilan Dasar Berkomunikasi

Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita perlu memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Menurut Johnson (1981), beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut.[4]

Pertama , kita harus mampu untuk saling memahami. Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan , yaitu sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri (Johnson,1981). Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita harus saling percaya. Sesudah saling percaya, kita kita harus saling membuka diri yakni saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau yang atau perbuatan yang di lakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri seperti itu, tentu saja sebelumnya kita harus menginsafi diri kita, yaitu menyadari perasaaan-perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Membuka diri kita kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka diri kepada kita adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi (Johnson, 1981).4

Kedua, kita harus mampu mengkomunikasikan  pikiran dan perasaan kita secara cepat dan jelas. Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita  memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran perasaan dan saling mendengarkan, kita memulai mengembangkan,  dan memelihara komunikasi dengan orang lain.4

Ketiga, kita harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong. Sehingga orang tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan masalahnya.4

Keempat, kita harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif. Artinya, dengan cara-cara yang mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan menjadikan komunikasi kita itu semakin tumbh dan berkembang. Kemampuan ini sangat penting untuk mengembangkan dan melangsungkan komunikasi kita.4

 

KIAT MEMPELAJARI KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan muncul secara tiba-tiba saat kita memerlukannya. Keterampilan tersebut harus kita pelajari atau latih. Seperti keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan berkomunikasi ini dapat kita pelajari mengikuti kiat-kiat sebagai berikut (Johnson, 1981) [5] :

  • Pertama, kita harus menyadari mengapa keterampilan berkomunikasi ini penting kita kuasai dan apa manfaatnya bagi kita.5
  • Kedua, kita harus memahami arti keterampilan berkomunikasi dan bentuk-bentuk perilaku komponennya yang perlu kita kuasai untuk mewujudkan keterampilan itu. 5
  • Ketiga, kita harus rajin mencari atau menemukan situasi-situasi dimana kita dapat mempraktikkan keterampilan tersebut.5
  • Keempat, kita tidak boleh segan atau malu meminta bantuan orang lain untuk memantau usaha kita serta memberikan penilaian tentang kemajuan yang sudah kita capai maupun kekurangan yang masih kita miliki. 5
  • Kelima, kita tidak boleh bosan belajar atau berlatih. Keterampilan berkomunikasi tersebut harus kita praktikkan terus-menerus. 5
  • Keenam, keseluruhan latiha tersebut harus kita bagi dalam satuan-satuan atau bagian-bagian tertentu, agar setiap kali dapat kita rasakan keberhasilan usaha kita. Misalnya, berlatih membangun sikap percaya, mengungkapkan pikiran secara jelas, mendengarkan, dan sebagainya.5
  • Ketujuh, akan sangat menolong bila kita dapat menemukan teman yang dapat kita ajak sebagai lawan berlatih.5
  • Kedelapan, keterampilan berkomunikasi dengan seluruh komponen atau bagiannya tersebut harus terus-menerus kita latih dan praktikkan, sampai akhirnya menjadi bagian dari diri kita.5

Seluruh langkah dalam kiat-kiat diatas dapat dilakukan dalam kerangka metode belajar yang disebut experiential learning atau belajar melalui pengalaman (Johnson, 1981). Metode belajar yang oleh banyak ahli dipandang paling efektif belajar dibidang afektif, termasuk mempelajari keterampilan berkomunikasi ini, meliputi empat tahap (Johnson, 1981). 5

Tahap pertama, kita mencari kesempatan untuk mendapatkan pengalaman pribadi konkret berkaitan dengan hal yang ingin kita pelajari. Misalnya, kita ingin belajar mengungkapkan perasaan secara jelas dan tepat, kita ajak seorang teman untuk berkomunikasi dengan focus saling mengungkapkan perasaan. 5

Tahap kedua, kita lakukan refleksi, observasi atau pemeriksaan atas pengalaman pribadi yang baru kita peroleh. Apa saja yang kita alami, kita rasakan selama menjalani pengalaman konkret tersebut. 5

Tahap ketiga, dari hasil refleksi tersebut kita dapat merumuskan prinsip-prinsip, menemukan konsep-konsep. Misalnya, ungkapan perasaan menjadi mudah ditangkap lawan komunikasi dengan cara menyebutkan nama perasaaan itu. Tentu saja hal itu menuntut keberanian.5

Tahap keempat, membuat kesimpulan-kesimpulan pribadi untuk dipraktikkan. Kadang-kadang kesimpulan ini masih berupa hipotesis. Benar atau tidaknya dapat dibuktikan dengan mempraktikkannya.5

 

 

  1. D.    Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2004 : 73). [6]

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Muhammad, 1995 : 158). 6

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adlah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.6

Menurut Burgon & Huffner (2002), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual.6

Berdasarkan definisi mengenai komunikasi antar pribadi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik secara verbal maupun non-verbal yang ditanggapi orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi-pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan maupun menerima pesan secara nyata. 6

 

  1. E.     Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal

Menurut Supratiknya, A. (1995) didalam bukunya yang berjudul “Komunikasi antar pribadi”, Komunikasi Interpersonal memiliki tujuh unsur diantaranya sebagai berikut [7] :

  1. Maksud-maksud, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang ada dalam diri pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilihnya. Semua itu menjadi awal bagi perbuatan komunikatifnya, yakni mengirimkan suatu pesan yang mengandung isi tertentu.
  2. Proses kodifikasi pesan oleh pengirim. Pengirim mengubah gagasan, perasaan dan maksud-maksudnya ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan.
  3. Proses pengiriman pesan kepada penerima.
  4. Adanya saluran (channel) atau media, melalui mana pesan dikirimkan.
  5. Proses dekodifikasi pesan oleh penerima. Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan.
  6. Tanggapan batin oleh penerima terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang ditangkap.
  7. Kemungkinan adanya hambatan (noise) tertentu.

 

 

  1. F.     Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Tujuan memahami beberapa definisi tentang komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal adalah untuk mengetahui karakteristik dari komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal. Dengan memahami karakteristiknya maka kita dapat memahami perbedaan komunikasi interpersonal dengan bentuk komunikasi yang lain,  seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. (Dasrun, 2012)[8]

Sementara itu, Judy C. Pearson (1983) memiliki pendapat lain mengenai karakteristik komunikasi interpersonal yaitu :

  1. Komunikasi Interpersonal bersifat Myself Communication

Komunikasi interpersonal dimulai dari dalam diri pribadi atau diri sendiri. Dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi bukan hanya sekedar rekaman atas suatu objek yang telah terstimulasikan pada otak manusia, tetapi otak manusia itu tidak seperti komputer yang mengelola input sebagaimana datanya adanya. Persepsi sangat dipengaruhi kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, yang semuanya menentukan interprestasi orang pada sensasi. (Darsun, 2012)8

Proses psikologi merupakan salah satu proses yang tidak bisa terpisahkan dari proses komunikasi interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam proses komunikasi interpersonal kita mencoba menginterprestasikan makna yang menyangkut diri kita, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Dalam komunikasi interpersonal, memahami diri pribadi merupakan suatu syarat yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahamin diri pribadi, kita akan lebih mudah memahami komunikasi yang kita lakukan. (Darsun, 2012)8

 

 

 

  1. Komunikasi interpersonal bersifat Transaksional

Komunikasi interpersonal mengacu pada pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Komunikasi interpersonal sering terjadi mempertimbangkan untung rugi. Dari sebuah interaksi akan tercipta transaksi dalam komunikasi. Teori social excange menjelaskan bahwa orang sebenarnya menggunakan prinsip ekonomi dalam suatu hubungan, yaitu dengan mempertimbangkan kontribusi orang lain dalam hubunganya tersebut. (Darsun, 2012) 8

Analisis Transaksional adalah lebih dari sekedar kerangka untuk menganalisis interaksi. Analisis transaksional merupakan sebuah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapeutik. Kekuatan dari teori ini terletak pada konse-konsep yang kuat, tetapi sederhana penerapannya yang luas pada hubungan manusia. Konsep utama analisis transaksional adalah keadaan ego. Kapan pun, orang memanifestasikan sebuah bagian dari kepribadian mereka dalam sebuah pola perilaku, pikiran, dan persaan yang konsisten. (Darsun, 2012) 8

 

  1. G.    Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ):

  1. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

  1. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

  1. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

  1. Mengubah Sikap Dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

  1. Untuk Bermain Dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

 

 

  1. Untuk Membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

 

 

  1. H.    Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).[9]

 

  1. 1.      Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.9

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.9

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).9

  1. 2.      Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.9

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.9

 

 

  1. 3.      Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin9

  1. 4.      Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.9

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.9

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.9

  1. 5.       Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.9

Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi keinginan semua orang. Dengan komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan, dan pesan.[10]

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator
  • Kredibilitas: ialah kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. Pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator yang kredibitilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan.
  • Daya tarik: ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan mengudang simpati penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.
  • Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa mewujdukan cara komunikasi yang sesuai.
  • Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
  • Kepercayaan: kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan leibh mudah menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
  • Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi di lingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
  • Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di kedua belah pihak.
  • Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan, artinya seorang komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
  • Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.

 

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikan
  • Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh komunikator.
  • Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat menrima informasi yang diberikan komunikator.
  • Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar.
  • Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.
  • Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator.

 

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut pesan
  • Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
  • Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan.
  • Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.
  • Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang berlainan.
  • Sediakan informasi yang praktis, berguna, dan membantu komunikan melakukan tindakan yang diinginkan.
  • Berikan fakta, buka kesan dengan cara menyampaikan kalimat konkret, detail, dan spesifik disertai bukti untuk mendukung opini.
  • Tawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan langkah-langkah yang disarankan untuk membantu komunikan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 

 

  1. I.       Manfaat Komunikasi Interpersonal

De Vito mendefinisikan Komunikasi antar pribadi “…The procces of sending and receiving message between two persons or among a small group of persons with some effect and some immediate feedback..” 11

Pentingnya komunikasi interpersonal antara lain :

  1. Membantu perkembangan intelektual dan sosial
  2. Menemukan identitas/jati diri
  3. Memahami realitas di sekeliling kita
  4. Mengembangkan kesehatan mental

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal umumnya berlangsung secar tatap muka ( face to face ). Komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi ( personal contact ) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator. Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan terjadi secara seketika ( immediate feedback ). Komunikator akan mengetahui pesan tersampaikan secara baik atau tidak ketika melihat tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan gaya bahasa.. apabila umpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan tersebut menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik. 11

Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan komunikasi persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya.[11]

 

 

  1. J.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Jalaludin Rakhmat (2007) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh: [12]

1)      Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari. Seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.12

2)      Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu12:

a)      Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

b)      Merasa setara dengan orang lain

c)      Menerima pujian tanpa rasa malu

d)     Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

e)      Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu12:

  • Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya, bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
  • Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
  • Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

3)      Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:12

a)      Penafsiran pesan dan penilaian.

Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.12

b)      Efektivitas komunikasi.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi12

4)      Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.12

 

 

 

  1. K.    Kecakapan-kecakapan yang Dibutuhkan dalam Komunikasi Interpersonal

Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu [13]

 

1)      Kecakapan Kognitif 13

Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi. Menurut Hardjana (2007: 92-93), kecakapan kognitif meliputi:13

a)      Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meinggalkan pandangannya sendiri.

b)      Perspektif sosial (social perspective): kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya.

c)      Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi interpersonal.

d)     Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.

e)      Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang berkomunikasi dengannya.

2)      Kecakapan Behavioral.13

Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan, baik personal maupun relasional.Kecakapan behavioral menurut Hardjana, yaitu:

a)      Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif menentukan tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan ini meliputi :

  • sikap tanggap (responsiveness)
  • Sikap perseptif (perceptiveness)
  • sikap penuh perhatian (attentiveness).

b)      Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang berfungsi untuk membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi tercapainya tujuan komunikasi.

c)      Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) : Kecakapan yang dibutuhkan agar proses komunikasi yang dilakukan tidak terkesan kaku dan monoton.

d)     Mendengarkan (listening): kecapakan yang berfungsi untuk bisa mendengarkan dan menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan mendengarkan seseorang dapat menjadi teman berbicara yang baik.

e)      Gaya sosial (social style):kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain.

f)       Kecemasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat dipakai untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst. ketika berhadapan dengan lawan bicara.

 

  1. L.     Aplikasi Komunikasi Interpersonal Dalam Dunia Kesehatan[14]
  2. Komunikasi Interpersonal Dokter – Pasien

Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien merupakan salah satu elemen penting dalam hubungan dokter – pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan pasien dalam melaksanakan terapi serta hasil akhir berupa kesembuhan pasien. Pasien yang memahami sifat penyakit mereka beserta penanganannya, dan pasien yang percaya bahwa dokter yang merawatnya benar-benar memperdulikan kesembuhan mereka, menunjukkan kepuasan yang lebih besar dengan perawatan yang diterima dan lebih mungkin untuk mematuhi aturan pengobatan. Pengakuan tentang pentingnya komunikasi interpersonal telah ada secara meluas, namun penekanan dalam bidang medis sendiri kurang diperhatikan.14

  1. Komunikasi Interpersonal SKM dalam Promosi Kesehatan

Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat adalah proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa. Seorang SKM harus dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau bapak-bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si penyampai informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan demikian, seorang SKM harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.14

Semakin mirip latar belakang sosial budaya, komunikasi menjadi lebih efektif. Status sosial dan budaya yang ada di masyarakat sangat mempengaruhi komunikasi yang terjadi pada masyarakat tersebut. Contohnya adalah status sosial. Seseorang akan lebih mudah berhubungan atau menjalin interaksi dengan orang yang status sosialnya sam karena mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sama. Begitu pula dengan budayanya. Seseorang akan merasa nyaman melakukan interaksi dengan orang yang memiliki budaya yang sama dengannya. Seorang SKM harus menyadari bahwa dunia ini terdiri dari berbagai sistem sosial dan budaya yang berbeda satu sama lain. Seorang SKM harus dapat menempatkan diri dalam suatu status sosial dan budaya. Misalnya dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat dengan status sosial dan budaya A, jangan disampaikan dengan menggunakan budaya B atau dalam lingkup status sosial B. Meskipun budaya mereka berbeda, hendaknya seorang SKM dapat menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Sehingga informasi kesehatan menjadi mudah disampaikan.14

  1. Komunikasi Interpersonal Perawat – Perawat

Hubungan interpersonal perawat- perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.14

Isu yang terkait dengan hubungan perawat dengan perawat yaitu perawat cenderung lebih nyaman atau lebih senang berkomunikasi dengan sesama perawat yang bertugas di ruangan yang sama, misalnya ruangan bedah, dibanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat yang bertugas diruangan lain.14 

  1. Komunikasi Interpersonal Pasien dengan Keluarga dan Tokoh Agama

Kasus Rima Melati, seorang selebritis Indonesia, memperlihatkan betapa kuat pengaruh komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh keluarga dan pendeta yang secara rutin terus memberikan semangat kepadanya untuk sembuh. Pada akhirnya, Rima Melati dinyatakan sembuh dari penyakit kankernya. Dilihat dari sisi komunikasi, di luar pengobatan medis yang dilakukan dokter, dorongan kesembuhan ini ternyata dimunculkan oleh komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh keluarga dan pendeta yang selalu menemani dan membantunya. Contoh kasus ini, bisa menjadi tanda betapa pentingnya komunikasi antarpribadi dalam kehidupan seorang penderita kanker.14

  1. Komunikasi Interpersonal Pada Pasien Kanker dan Staf Medis

Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara staf medis dan pasien kanker dan keluarganya terbukti mempunyai peranan yang sangat penting dan dibutuhkan, khususnya untuk meningkatkan motivasi kesembuhan bagi pasien kanker.14

Peran staf medis sebagai komunikator terhadap pasien kanker merupakan peran yang sangat penting. Pengaruh yang dimunculkan dari komunikasi yang tepat adalah pasien akan menyerahkan sepenuhnya proses pengobatan penyakitnya dengan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi kepada staf medis, khususnya dokter. Staf medis berfungsi sebagai penghubung pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial dari pasien. Sedangkan keterampilan yang dapat menjadi penghubung antara kepatuhan atau ketaatan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan dengan kompetensi pengobatan yang dipunyai staf medis adalah komunikasi antarpribadi. Keterampilan komunikasi antarpribadi yang baik ternyata akan meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kredibilitas staf medis. Pada akhirnya, hal ini berpengaruh secara eksternal terhadap motivasi kesembuhan bagi pasien kanker. 14

Posisi keluarga dalam pendampingan pasien, merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan saat mendapatkan perawatan di rumah sakit. Keluarga berfungsi sebagai penghubung staf medis dan pasien apabila pasien tidak siap menerima perkembangan kondisi terakhir penyakitnya. Pada pihak lain, keluarga pun dibutuhkan oleh pasien dalam upayanya memberikan dukungan untuk sembuh. Keluarga juga dibutuhkan sebagai pengganti staf medis dalam mempertahankan stabilitas pribadi pasien kanker, karena tidak mungkin staf medis berada di samping pasien setiap saat. Peran keluarga sebagai komunikator kepada keluarganya yang sakit kanker dapat memberikan motivasi untuk sembuh dengan menggunakan bahasa yang sama dan dipakai sehari-hari. Hal lain yang dianggap dapat mempengaruhi motivasi kesembuhan pasien kanker dari adanya dukungan keluarga adalah pengetahuan mereka tentang karakter pasien yang lebih mendalam dibanding staf medis. Hal ini mendukung terlaksananya proses komunikasi yang akan lebih berhasil di dalam membantu menyampaikan pesan atau petunjuk dari staf medis. Posisi keluarga yang juga dapat memberikan motivasi kesembuhan bagi pasien kanker adalah berupa dukungan materi dan fisik yang selalu mendampingi, dan berupa penyampaian pesan komunikasi yang tepat dan dibutuhkan pasien, seperti ungkapan untuk sabar dan rasa empati yang sangat tinggi atas penderitaan mereka.14

Satu bagian terpenting dalam komunikasi antarpribadi staf medis dan pasien kanker adalah pesannya itu sendiri. Pesan komunikasi merupakan unsur yang sangat penting untuk meningkatkan motivasi sembuh pasien. Bila pesan disampaikan bernada positif, jelas, menarik, dan mudah dimengerti disertai waktu yang tepat dan penggunaan pesan nonverbal yang tepat maka tingkat penerimaan pasien pun akan semakin tinggi. Pasien cenderung mengikuti petunjuk yang dipahami. Sebaliknya, bila pesan yang disampaikan susah untuk dipahami maka pasien pun berkecenderungan untuk tidak mengindahkan semua petunjuk dari staf medis. Akibatnya, proses pengobatan yang diberikan cenderung tidak selamanya membawa keberhasilan bagi pasien. Pesan komunikasi sendiri perlu disampaikan dengan melihat situasi penyampaian, pengetahuan dan pengalaman pasien ditambah dengan penggunaan teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang tepat, termasuk pengetahuan akan kondisi fisik, sosiopsikologis dan temporal yang terjadi. Akan tetapi ternyata tapi tidak selamanya semua pesan dapat disampaikan kepada pasien karena tergantung dengan status sosial ekonomi, status pendidikan dan jenis penyakit yang diderita. Namun demikian pesan komunikasi yang tepat dan benar memberikan motivasi bagi pasien kanker untuk sembuh lebih cepat.14

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggota IKAPI. 1987. Komunikasi Mengena. Yogyakarta: Kanisius

Anonim. 2012. Komunikasi Interpersonal Kesehatanhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30682/4/Chapter%20II.pdf diunduh pada tanggal 26 Sepetember 2013 pukul 15.00

Citrobroto, Suhartin. 1989. Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti

Devito, J.A, 2002. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta : Profesional Books.

DeVito, Joseph A. (1992).  The Interpersonal Communication Book. 6th ed. New York: Harper Collins

Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E.B, 1997. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta, Penerbit : Erlangga.

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta : Graha Ilmu

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran

Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prof,Drs. Uchjana Onong.1992.ILMU KOMUNIKASI. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta:Kanisius

Stewart L.Tubbs & Sylvia Moss.(2000).Human Communication.Edisi 2.Bandung Remaja Rosdakarya.

Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu, Edisi Pertama

Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1]Dr Wiyanto., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2004

 

[2]Prof,Drs. Uchjana Onong, ILMU KOMUNIKASI, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 1992

[3]Mundakir, Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hlm :58-61

 

[4]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 10-11

 

[5]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 12-13

 

[6]Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2007,

 

[7]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 31

[8]Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm : 49-55

 

[9]Devito, J.A, Komunikasi Antar Manusia, Profesional Books,  Jakarta: 2002.

 

[10]Anggota IKAPI, Komunikasi Mengena, Kanisius, Yogyakarta : 1987

Suhartin Citrobroto, Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1989

 

[11]DeVito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book. 6th ed. Harper Collins NewYork, (1992).

[12]Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2007,

[13]Agus M.Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Kanisius Yogyakarta: 2007

[14]Anonim, Komunikasi Interpersonal Kesehatan, 2012diunduh pada tanggal 26 September 2013 pukul 15.00

 

BESI DAN MALARIA

Posted on

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, terutama dibutuhkan dalam proses hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb). (Moehji, 1992). Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, diantaranya adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan serta berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

Bagi orang yang terinfeksi malaria, kondisi kesakitannya tersebut dapat mempengaruhi distribusi zat besi dari penyimpanan. Konsentrasi serum besi, ironbinding capacity, dan saturasi serum ferritin secara keseluruhan terjadi penurunan. Konsentrasi serum besi yang menurun menyebabkan daya ikatnya terhadap hemoglobin rendah sehingga dapat terjadi anemia defisiensi besi.

Zat besi juga memiliki korelasi negatif dengan virulensi parasit plasmodium dalam jaringan tubuh penderita malaria. Suplementasi zat besi yang bertujuan untuk mengatasi anemia pada penderita malaria sangat tidak dianjurkan karena justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Penambahan zat besi akan meningkatkan virulensi parasit plasmodium yang dapat  memperparah kondisi penderita m\alaria.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Portugal menemukan bahwa pengembangan bentuk parah malaria dapat dicegah dengan mekanisme sederhana yang mengontrol akumulasi zat besi dalam jaringan dari sel yang terinfeksi. Ekspresi gen yang menetralkan zat besi dalam sel yang bernama H-Feritin, dapat mengurangi stres oksidatif untuk mencegah kerusakan jaringan dan kematian dari sel yang terinfeksi.

 

1.2 Tujuan penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk memnuhi tugas mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat
  2. Untuk mengumpulkan infromasi mengenai hubungan zat besi dengan penyakit malaria
  3. Untuk acuan bahan belajar Gizi Kesehatan Masyarakat
  4. Untuk memenuhi nilai kelompok tugas mata kuliah Gizi Masyarakat

 

1.3  Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah Besi dan Malaria ini adalah:

  1. Memberikan informasi kepada penulis sendiri mengenai hubungan besi dan malaria
  2. Memberikan informasi kepada mahasiswa lain mengenai hubungan besi dan malaria
  3. Memberikan referensi informasi untuk dosen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.    Pengertian Zat Besi

Besi merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan besi dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral terutama oksida, sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut (Poerwadio dan Masduqi, 2004).

Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7,86 g.cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon) (Arifin, 2010).

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb) (Moehji, 1992).

 

  1. B.     Komposisi Zat Besi Dalam Tubuh

Jumlah zat besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3 – 5 gr tergantung dari jenis kelamin, berat badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam haemoglobin sebanyak 1,5 – 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di dalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut “transferin” yaitu sebanyak 3 – 4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial dan bukan esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb maupun keperluan lainnya (Soeparman, 1990).

Setiap tahapan umur anak-anak mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda terhadap asupan zat besi, tetapi secara umum jumlah asupan yang di rekomendasikan adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. C.    Fungsi Utama Zat Besi dalam Tubuh

Jumlah zat besi di dalam tubuh orang dewasa sehat adalah lebih kurang sebanyak 4 gram. Sebagian besar yaitu 2,5 gram berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin. Zat besi yang terdapat di dalam pigmen pada otot disebut myoglobin yang berfungsi untuk menangkap dan memberikan oksigen. Enzim intraselluler yang disebut phorphyrin juga mengandung zat besi. Enzim lain yang terpenting diantaranya adalah cytochrome yang selalu banyak terdapat di dalam sel. Pada orang yang sehat. sebagian zat besi yaitu lebih kurang 1 gram disimpan didalam hati yang berikatan dengan protein yang disebut ferritin.

Didalam tubuh zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen yang berada dalam bentuk hemoglobin, myoglobin atau cytochrome. Untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin. sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah akan dimanfaatkan kembali. Kemudian baru kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan.

Keseimbangan zat besi di dalam tubuh perlu dipertahankan yaitu jumlah zat besi yang dikeluarkan dari tubuh sarna dengan jumlah zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan. Bila zat besi dari makanan tidak mencukupi. maka dalam waktu lama akan mengakibatkan anemia. Sel-sel darah merah berumur 120 hari, jadi sesudah 120 hari sel-sel darah merah mati dan diganti dengan yang baru. Proses penggantian sel darah merah dengan sel-sel darah merah baru disebut turn over.

  1. D.    Sumber Zat Besi

Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5 – 10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan Hb. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Wirakusumah,1999).

            Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu pencernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.

Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat.Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .

Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalam Husaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003).

 

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A.

Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 mgram/hari. Sumber yang paling baik adalah daging. Tubuh menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara kasar sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.

  1. E.     Dampak Kekurangan dan kelebihan zat besi

Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat besi lama kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb. Kadar normal haemoglobin dalam darah yaitu pada anak balita 11 gr%, anak usia sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr% (Departemen Kesehatan, 1992).

Ciri-ciri gejala anemia tidak khas dan sulit ditemukan tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang pucat, tubuh lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmantasi yang tidak dapat diandalkan kecuali pada anemia berat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan beratnya anemia (Daemeyer, 1993).

Adapun kekurangan zat besi lainnya dapat menyebabkan :

1. Keletihan, lemah badan.

2. Berdebar, sakit dada

3. Kesukaran bernafas

Kelebihan zat besi bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus.

Zat besi dapat terkumpul di dalam tubuh jika seseorang:

  • mendapatkan terapi zat besi dalam jumlah yang berlebihan atau dalam waktu yang terlalu lama
  • menerima beberapa tranfusi darah
  • menderita alkoholisme menahun.

Hemokromatosis merupakan penyakit kelebihan zat besi yang diturunkan, yang bisa berakibat fatal tetapi mudah diobati, dimana terlalu banyak zat besi yang diserap, menyerang lebih dari 1 juta orang di AS.

Biasanya gejala-gejalanya tidak timbul sampai usia pertengahan dan berkembang secara tersembunyi, berupa:

– kulit menjadi berwarna merah tembaga

– sirosis

– kanker hati

– diabetes

– gagal jantung, hingga kematian

Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah  yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga memerlukan

sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah). Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya. Penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah.

Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi karena

perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan zat besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.

Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi.

  1. F.     Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuranyang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011).

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium dengan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.Individu yang terinfeksi mengaktifkan serangkaian mekanisme pertahanan yang bertujuan untuk menghilangkan parasit.Namun, hal ini tidak benar-benar efisien dalam hal menghindari bentuk parah dari penyakit dan akhirnya kematian.Ada lagi strategi pertahanan yang memberikan toleransi penyakit malaria, mengurangi keparahan penyakit tanpa menargetkan parasit, baru-baru ini disorot oleh Miguel Soares dan kolaborator dalam jurnal Science. Penelitian sekarang telah diterbitkan dalam jurnal Cell Host & Mikroba menunjukkan bahwa strategi pertahanan bertindak melalui pengaturan metabolisme zat besi dalam inang yang terinfeksi.

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia.Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. ( Hiswani ,2004)

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

  1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria  yang berat.
  2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
  3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
  4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar. Plasmodium falciparum                                Gambar. Plasmodium vivax

 

 

 

 

 

Gambar. Plasmodium malariae                             Gambar. Plasmodium ovale

  1. G.    Gejala Malaria

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut:

  1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
  2. Nafsu makan menurun
  3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
  4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
  5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
  6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.

 

Pada anak, makin muda  usia  makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:

  1. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan, stadium panas, dan stadium berkeringat
  2. Splenomegali (pembengkakan limpa)
  3. Anemi yang disertai malaise
    1. H.    Penularan

Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital).

  1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.

  1. Penularan yang tidak alamiah
    1. Malaria bawaan (congenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.

  1. Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

  1. Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

  1. I.    Patogenesis Malaria Berat

Penelitian patogenesis malaria berat berkembang pesat, meskipun demikian penyebab pasti belum jelas.Titik perhatian dalam patogenesis malaria berat adalah sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit dalam mikrovaskular organ vital. Faktor lain seperti induksi sitokin oleh toksin parasit dan produksi nitrit oksida diduga mempunyai peranan penting dalam patogenesis malaria berat.

a. Faktor Parasit

1. Intensitas transmisi

Tingkat parasitemia yang terjadi selama puncak transmisi adalah 14 x lebih tinggi dibandingkan saat tingkat transmisi rendah.Rendahnya parasitemia pada saat transmisi disebabkan oleh karena adanya imunitas yang telah diperoleh saat puncak transmisi.Sedangkan tingginya parasitemia saat puncak transmisi disebabkan karena meningkatnya jumlah gigitan nyamuk infeksius.

2. Densitas parasit

Hubungan antara tingkat parasitemia dan mortalitas akibat malaria falsiparum pertama kali dilaporkan oleh Field dan Niven.Mortalitas meningkat pada parasitemia 100.000/μL. Tingkat parasitemia dapat digunakan untuk menilai beratnya penyakit.Meskipun demikian, pada daerah endemis malaria, parasitemia yang tinggi sering ditemukan pada individu yang asimptomatik.Dilain pihak terdapat kasus kematian akibat malaria dengan tingkat parasitemia yang rendah.

Beratnya penyakit lebih ditentukan oleh jumlah parasit yang bersekuestrasi ke dalam jaringan dari pada jumlah parasit dalam sirkulasi.

3. Virulensi parasit

Virulensi parasit ditentukan oleh daya multiplikasi parasit, strain parasit, kemampuan melakukan sitoadherens dan rosseting.Ringwald dan Carlson melaporkan adanya hubungan antara virulensi parasit dengan kemampuan pembentukan roset pada penderita di Gambia dan Malagasi.Namun Al-Yaman tidak menemukan hubungan ini pada penelitian di Papua Nugini.

b. Faktor Host

Faktor penjamu yang berperan dalam terjadinya malaria berat adalah endemisitas, genetik, umur, status nutrisi dan status imunologi.

1. Endemisitas

Pada daerah endemis malaria yang stabil, malaria berat terutama terdapat pada anak kecil sedangkan orang dewasa umumnya hanya menderita malaria ringan. Di daerah dengan endemisitas rendah, malaria berat terjadi tanpa memandang usia.

2. Genetik

Kelainan genetik yang saat ini diketahui mempunyai efek protektif terhadap malaria berat adalah kelainan dinding eritrosit dan HLA kelas I serta II yaitu HLA-Bw 53, HLA-DRBI 1302, HLA DQB 0501.

3. Umur

Bayi berusia 3-6 bulan yang lahir dari seorang ibu yang imun, mempunyai imunitas yang diturunkan, sehingga meskipun terdapat hiperparasitemia dan demam, tetapi jarang mengalami malaria berat.

Primigravida yang tinggal didaerah hipoendemis lebih rentan terhadap malaria serebral.Keadaan ini diduga disebabkan oleh menurunnya imunitas dengan mekanisme yang belum diketahui.

4. Status Nutrisi

Malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-anak dengan marasmus atau kwashiorkor. Defisiensi zat besi dan riboflavin juga dilaporkan mempunyai efek protektif terhadap malaria berat..

5. Imunologi

Mekanisme imunologi malaria berat melibatkan imunitas selular dan humeral yang komplek.Limpa memegang peranan penting dalam mekanisme imunologi malaria, karena limpa memfagositosis eritrosit.Proses pembersihan oleh limpa merupakan mekanisme penting dalam pertahanan tubuh dan patogenesis anemia pada malaria.

 

  1. J.      Mekanisme Patogenesis

Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anopeles betina menggigit manusia, akan masuk kedalam sel hati dan terjadi skizogoni ektsra eritrosit. Skizon hati yang matang akan pecah dan selanjutnya merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritrosit, menyebabkan eritrosit mengalami perubahan seperti pembentukan knob, sitoadherens, sekuestrasi dan rosseting.

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Lingkaran Hidup Plasmodium Falsiparum

 

 

  • Eritrosit Parasit (EP)

EP memulai proses patologik infeksi malaria falsiparum dengan kemampuan adhesi dengan sel lain yaitu endotel vaskular, eritrosit dan menyebabkan sel ini sulit melewati kapiler dan filtrasi limpa. Hal ini berpengaruh terjadinya sitoadherens dan sekuestrasi.

  • Sitoadherens

Sitoadherens adalah melekatnya EP matang di permukaan endotel vaskular. Sitoaherens merupakan proses spesifik yang hanya terjadi di kapiler dan venula post kapiler. Penumpukan EP di mikrovaskular menyebabkan gangguan aliran mikrovaskular sehingga terjadi anoksia/hipoksia jaringan.

  • Sekuestrasi

Sitoadherens menyebabkan EP bersekuestrasi dalam mikrovaskular organ vital.Parasit yang bersekuestrasi menumpuk di otak, paru, usus, jantung, limpa, hepar, otot dan ginjal. Sekuestrasi menyebabkan ketidak sesuaian antara parasitemia di perifer dan jumlan total parasit dalam tubuh.

Penelitian di Vietnam melaporkan bahwa sekuestrasi di otak terjadi baik pada kasus malaria serebral maupun non serebral dengan jumlah kuantitatif lebih tinggi pada malaria serebral. Dilaporkan juga tidak ada kasus malaria serebral yang tidak mengalami sekustrasi. Dengan demikian sekuentrasi diperlukan dalam patogenesa malaria serebral.

  • Rosetting

Rosetting adalah perlekatan antara satu buah EP matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit sehingga berbentuk seperti bunga.Rosetting berperan dalam terjadinya obstruksi mikrovaskular.Meskipun demikian peranan rosetting dalam patogenesis malaria berat masih belum jelas.

  • Sitokin

Kadar TNF-alfa di daerah perifer meningkat secara nyata pada penderita malaria terutama malaria berat.Kadar IFN-gamma, IL-1, IL-6, LT dan IL-3 juga meningkat pada malaria berat.Sitokin-sitokin ini saling berinteraksi dan menghasilkan efek patologi Meskipun demikian peranan sitokin dalam patogenesis malaria berat masih dalam perdebatan.

  1. K.    Hubungan Zat Besi terhadap Malaria

. Anemia defisiensi besi pada daerah endemis malaria akan menyebabkan kematian terutama pada anak dan ibu hamil. Anak di bawah 5 tahun di daerah endemis malaria juga akan berisiko untuk menderita malnutrisi energi protein serta defisiensi mikronutrien termasuk seng.

Defisiensi besi yaitu berkurangnya total kandungan besi dalam tubuh yang dibagi dalam 3 tahap. Gangguan keseimbangan besi akan menyebabkan deplesi besi ditandai dengan total besi dalam tubuh berkurang tetapi tidak mempengaruhi sintesis hemoglobin. Bila asupan besi pada sumsum tulang tidak adekuat maka akan terjadi tahap berikutnya yaitu defisiensi besi pada eritropoesis.

Akhirnya jika besi sangat kurang untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin yang normal maka akan timbul anemia defisiensi besi.Terdapat beberapa bukti bahwa parasitemia yang menetap dan berulang menyebabkan defisiensi besi walaupun mekanismenya masih belum jelas. Terdapat penurunan absorbsi besi pada fase akut penyakit.  Kadar haptoglobin yang rendah, karena adanya hemolisis intravaskular, yang akan mengurangi pembentukan kompleks haptoglobin/ hemoglobin serta penurunan penggunaan besi. Terjadinya immobilisasi besi di dalam kompleks hemazoin (pigmen malaria).

Anemia malaria berat lebih sering ditemukan pada daerah dengan penyebaran malaria yang tinggi dan sebagian besar ditemukan pada anak-anak dan wanita hamil (Greenwood, 1997). Prevalensi anemia yang didefinisikan sebagai kadar hematokrit (Hct) lebih tinggi dari 0,33, pada daerah endemic malaria di Afrika, bervariasi antara 31% dan 91% pada anak-anak dan antara 60% dan 80% pada wanita hamil (Menendez, 2000; Schellenberg, 2003). 

Malaria adalah suatu penyakit yang mengancam jiwa yang menyerang sekitar setengah dari populasi dunia yang seringkali menjadi penyakit parah yang mengancam jiwa. Malaria menyebabkan perubahan distribusi besi dari penyimpanan. Konsentrasi serum besi, ironbinding capacity dan saturasi serum transferin semuanya menurun, tetapi kebalikannya pada defisiensi besi kosentrasi serum feritin meningkat, hitung retikulosit normal atau meningkat. Hitung retikulosit digunakan untuk menilai kecepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia. Setelah pengobatan respon retikulosit dapat dilihat dalam 48-72 jam, dengan respon maksimal hari ke 5-10. Retikulosit meningkat sedikit setelah pemberian suplementasi besi tapi tidak berbeda bermakna dan tampak nilainya lebih tinggi pada pemberian besi ditambah plasebo. Infeksi, inflamasi, dan penyakit keganasan menyebabkan kerusakan pada mukosa sehingga dapat menyebabkan peningkatan kecepatan sintesis di retikuloendotelial sistem dan terjadi peningkatan konsentrasi serum feritin. Infeksi akibat parasit malaria akan menyebabkan turunnya kadar hemoglobin sehingga terjadi anemia akibat defisiensi besi sedangkan kadar serum feritin akan mengalami peningkatan.

Cukup sulit untuk menentukan jumlah kasus anemia berat yang disebabkan oleh malaria sebagaimana defenisi WHO mengenai anemia malaria berat (kadar haemoglobin [Hb] < 50 g/L [5 g/dL] atau Hematokrit [Hct] < 0,15, dalam keadaan adanya parasitemia > 10.000 per mikroliter [µL), dan sebuah lapisan darah yang normocytic) dapat mengeluarkan proporsi pertimbangan dari anak anemia berat yang memiliki asupan darah negatif untuk parasit malaria tetapi merespon terhadap pengobatan antimalaria (Menendez, 1997; Warrel, 1990).

Kemungkinan akan sulit untuk menghubungkan anemia dengan sebuah penyebab tunggal karena penyebab anemia malaria di daerah endemic biasanya kompleks dan defisiensi hematinin, sifat genetic, dan infeksi berulang kesemuanya itu berkontribusi terhadap anemia (Roberts et.al, 2005). Namun demikian, sebuah randomized placebo-controlled trial profilaksis malaria dan suplementasi besi pada bayi, pada sebuah daerah endemic, telah memperihatkan bahwa infeksi malaria merupakan faktor etiologi utama yang mendasari terjadinya anemia (Schellenberg et.al, 2001).

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal Cell Host & Mikroba, Miguel Soares dan timnya di Instituto de Ciencia Gulbenkian (IGC) Portugal, menemukan bahwa pengembangan bentuk parah malaria dapat dicegah dengan mekanisme sederhana yang mengontrol akumulasi zat besi dalam jaringan dari sel yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa ekspresi gen yang menetralkan zat besi dalam sel, yang bernama H-Feritin, mengurangi stres oksidatif mencegah kerusakan jaringan dan kematian dari sel yang terinfeksi. Ini mekanisme perlindungan memberikan strategi terapi baru terhadap malaria.

Ada strategi pertahanan yang memberikan toleransi penyakit malaria, mengurangi keparahan penyakit tanpa menargetkan parasite. Miguel Soares dan kolaborator dalam jurnal Science. yang telah diterbitkan dalam jurnal Cell Host & Mikroba menunjukkan bahwa strategi pertahanan bertindak melalui pengaturan metabolisme zat besi dalam inang yang terinfeksi.

Diketahui bahwa membatasi ketersediaan besi untuk patogen dapat mengurangi virulensi parasit plasmodium, yaitu kemampuan mereka untuk menyebabkan penyakit. Namun, teknik ini mempunyai dampak buruk, yaitu akumulasi zat besi beracun dalam jaringan dan organ dari host yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan, lebih pada meningkatkan daripada mencegah keparahan penyakit. Dalam karya eksperimental oleh Raffaella Gozzelino, menunjukkan bahwa sel terinfeksi mengatasi masalah ini dengan menginduksi H-Feritin, yang mendetoksifikasi zat besi. Dampak perlindungan dari H-Feritin adalah mencegah perkembangan ke bentuk parah dan sering mematikan dari malaria.

Para peneliti juga meneliti apakah ada korelasi antara keparahan malaria dan ekspresi feritin pada manusia. Bersama dengan Bruno Bezerril Andrade (saat ini di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi, NIH, USA), Nivea Luz dan Manoel Barral-Netto (di Fundação Oswaldo Cruz dan Faculdade de Medicina, Universidade Federal da Bahia, Brazil) mereka menganalisis sampel dari individu yang terinfeksi dengan Plasmodium di Rondônia, di bagian utara-barat Brasil. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa, di antara orang yang terinfeksi, mereka dengan tingkat ferritin yang lebih tinggi mengalami kerusakan jaringan lbih sedikit. Bersama dengan data eksperimen yang diperoleh pada tikus, pengamatan ini mengungkapkan bahwa feritin memberikan perlindungan terhadap malaria, tanpa mengganggu langsung parasit yang menyebabkan penyakit.

Miguel Soares mengatakan, individu yang mempunyai tingkat yang lebih rendah dari Feritin dan mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi terserang bentuk parah dari malaria. Selain itu, penelitian Miguel Soraes juga mendukung sebuah teori yang menjelaskan bagaimana perlindungan terhadap malaria, serta penyakit menular lainnya, dapat beroperasi tanpa penargetan langsung agen penyebab penyakit, yaitu Plasmodium. Sebaliknya, strategi ini bekerja dengan melindungi sel-sel, jaringan dan organ dalam tubuh yang terinfeksi, sehingga membatasi tingkat keparahan penyakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

Moehyi, S. 1992. Makanan Intitusi dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23896/4/Chapter%20II.pdf

http://kesmas-unsoed.info/2012/06/pengertian-besi-fe.html

Ministry of health RI, 2011, “Indonesian Health Profile 2010”, Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta.

Iyer JK, Shi L, Shankar AH, dkk. Zinc protoporphyrin IX binds heme crystal to inhibit the process of crystallization in Plasmodium falciparum. Molecular Med 2003; 9:175-82.

The Zinc Against Plasmodium Study Group. Effect of zinc on the treatment of Plasmodium falciparum malaria in children: a randomized controlled trial. Am J Clin Nutr 2002; 76:805-12.

Hastka J, Lasserre JJ, Schwarzbeck A. Central role of zinc protoporphyrin in staging iron deficiency.Clin Chem 1994; 40/5:768-73.

Brabin BJ. The role of malaria in nutritional anemias. Dalam: Fomon SJ, Zlotkins S, penyunting. Nutritional

Anemias. Newyork: Nestec/Raven Press; 1992. h. 65-80.

Fomon SJ. Iron. Dalam: Fomon SJ, penyunting. Infant nutrition.Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders; 1974. h.299-317

Rettmer RL, Timothy H, Origenes ML. Zinc protoporphyrin/heme ratio for diagnosis of preanemic iron deficiency. Pediatrics 1999; 104:37-41.

Will AM. Iron metabolism, sideroblastic anemia and iron overload. Dalam: Lilleyman JS, Hann IM, Blanchette VS, penyunting. Pediatric hematology.Edisi ke-2. London: Churchill Livingstone; 2000. h. 105-26.

Verhoef H, West CE, Nzyuko SM. Intermittent administration of iron and sulfadoxine-pyrimethamine to controle anaemia in Kenyan children: a randomized controlled trial. Lancet 2002; 360:984-14.

Lind T, Lonnerdal B, Stenlund H, dkk. A communitybased randomized controlled trial of iron and zinc supplementation in Indonesian infants: interactions between iron and zinc. Am J Clin Nutr 2003; 77: 883-90.

 

Kuczmarski RJ, Ogden CL, Guo SS, dkk. 2000 CDC growth chart for the United State: Methods and development. National Center for Health Statistics.Vital Health Stat 11 (246). 2002. Diunduh dari: http//www.cdc.gov/growthcharts

Verhoef H, Rijlaarsdam, Burema J. Infection and malnutrition in African children. Dalam: Verhoef H, penyunting. Iron deficiency and malaria as determinants of anaemia in African children. Disertasi. Wageningen: Wageningen University; 2001.h. 10-45.

Caulfield LE, Richard SA, Black RE. Under nutrition as an underlying cause of malaria morbidity and mortality in children less than five years old. Am J Trop Med Hyg 2004; 71(Suppl 2): 55-63.

Genton B, Al-Yaman F, Ginny M, Taraika J, Alpers MP. Relation of anthropometry to malaria morbidity and immunity in Papua New Guinean children. Am J Clin Nutr 1998; 68: 734-41.

Shankar AH.Nutritional modulation of malaria morbidity and mortality. J Infect Dis 2000; 182 (suppl1): S37-S53.

Labbe RF, Vreman HJ , Stevenson DK. Zinc protoporphyrin: A metabolite with a mission. Clin Chem 1999; 45: 2060-72.

Dallman PR, Yip R, Oski FA. Iron deficiency and relatednutritional anemias. Dalam: Nathan DG, Oski FA, penyunting. Hematology of infancy and childhood.Edisi ke-4. Philadelphia: Saunders; 1993. h. 413-46.

Sandoval C, Jayabose S, Eden AN. Trends in diagnosis and management of iron deficiency during infancy and early childhood.Hematol Oncol Clin N Am 2004; 18: 1423-1438.

Haematopoiesis. Dalam: Hoffgrand AV, Petit JE, penyunting. Kapita selekta haematologi. Edisi ke-2, EGC; 1996, h.1-27.

Schwartz E. Anemia of chronic disorder and renal diseases. Dalam: Behrman RE, Kligman RM, Arvin AM, penyunting. Nelson text book of pediatric, Edisi ke-16.Philadelphia : Saunders; 2000. h. 1461-2.

Oski FA. Nutritional anemias. Dalam: Walker WA, Watkins JB, penyunting. Nutrition in pediatrics basic science and clinical application.Edisi ke-1. Toronto: Mackintosh CL, Beeson JG. Clinical features and pathogenesis of severe malaria.Trends in Parasitology.2004;20:597-603.3.

Harijanto.Malaria. Epidemiologi, Patogenesis Manifestasi Klinis, & Penanganan.2000.

Zulkarnain I.Setiawan B.Malaria Berat.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III.ed IV.2006:1767-1770. 10. Chen Q. Schlichtherlem. Molecular Aspects of Severe Malaria. Clinical Microbiology.2008;13:439-450.

Philip J.Rosenthal MD. Artesunate for The Treatment of Severe Malaria. N. Engl J.Med.2008;358:1829-1836.

Ferreira A.Balla J.A Central Role for free heme in the Pathogenesis of Severe Malaria.J Mol Med.2008;86:1097-1111.

 

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Posted on

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Manusia diciptakan tidak hanya sebagai makhluk individu, melainkan manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial. Sesuai dengan hakekatnya, makhluk sosial merupakan makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dari makhluk lain. Seperti halnya dengan manusia, artinya setiap manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain sebagai upaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Setiap kegiatan manusia sebagai makhluk sosial dimana saja dan apa saja kegiatan yang dilakukan sudah pasti membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Salah satu bentuk interaksi manusia sebagai makhluk sosial adalah dengan berorganisasi.

Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai unti sosial, organisasi terdiri dari orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan problem dalam proses keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilainilai individual yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap organisasi perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun system keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku organisasional. (Made, 2012)

Salah satu tujuan manusia berorganisasi adalah untuk berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kerjasama yang terarah tersebut dilakukan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap individu atau kelompok dalam berinteraksi ke dalam maupun ke luar organisasi. Pola interaksi tersebut disesuaikan dengan berbagai aturan, norma, keyakinan, nilai-nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan membentuk suatu kebiasaan bersama atau membentuk budaya organisasi yang senantiasa mengontrol anggota organisasi, dengan demikian budaya organisasi yang kuat merupakan pembentuk kinerja organisasi yang tinggi.

Di dalam budaya organisasi terdapat kesepakatan yang mengacu pada satu sistem makna secara bersama, dianut oleh anggota organisasi dan membedakan organisasi satu dengan yang lainnya, sehingga menurut Hofstede (2005:354) “Organizations are equally culture bond”.

Suatu organisasi dapat dikatakan berhasil atau sukses jika organisasi tersebut telah mencapai tujuannya. Organisasi dapat berjalan dengan baik jika adanya manajemen yang baik, manajemen sendiri adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dengan manajemen yang tepat akan dapat mengkoordinasikan pekerjaan masing-masing anggota organsasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatianya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisienan dan konflik-konflik yang merusak sehingga tujuan organisasi dapat terwujud tanpa terjadi suatu penyimpangan. (Makmur Khasani, 2012)

 

1.2 Tujuan

         Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep dalam organisasi managemen. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

  1. Untuk mengetahui pengertian organisasi dan managemen beserta ruang lingkupnya.
  2. Untuk mengetahui objek kajian dan kegunaan managemen.
  3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan struktur organisasi.
  4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bentuk organisasi.
  5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam organisasi.
  6. Untuk mengetahui budaya dalam organisasi.

 

1.3 Manfaat

         Manfaat dengan adanya makalah tentang terminologi organisasi managemen ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep organisasi manajemen yang meliputi pengertiannya, ruang lingkup, objek kajian, kegunaan, bentuk dan struktur organisasi, serta kelebihan dan kekurangan, prinsip organisasi, dan budaya organisasi. Dimana konsep dasar tersebut merupakan dasar pengetahuan pada mata kuliah manajemen kesehatan.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Organisasi

      Beberapa definisi organisasi menurut para ahli:

  1. Menurut Sondang P. Siagian: organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapatseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

2.Menurut Chester Barnard: Organisasi adalah sistem kegiatan kerja sama dari dua orang atau lebih.

  1. Menurut James D. Money: organisasi adalah segi formal daripada administrasi sekaligus mesin daripada administrasi serta saluran melewati mana segala rencana serta policy dilaksanakan. Organisasi adalah frame work daripada setiap bentuk kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Menurut Dwight Waldo: organisasi adalah struktur antara hubungan pribadi berdasarkan wewenang formal (formal authority) dan kebiasaan dalam sistem administrasi.

 

            Berdasarkan definisi organisasi dari beberapa ahli diatas, dapat diketahui bahwa di dalam sebuah organisasi terdapat beberapa unsur yaitu sekelompok atau beberapa orang dan sebuah tujuan yang hendak dicapai. Jadi  bisa disimpulkan bahwa pengertian organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dan memiliki rangkaian hierarki yang bersifat dinamik .

Sedangkan definisi managemen menurut para ahli:

  1. Menurut AF Stoner: manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
  2. Menurut A. W. Widjaja: manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengontrolan human and natural resources untuk mencapai yang telah ditentukan lebih dahulu.
  3. Menurut John D. Millet:  Management is the proces of directing and facilitating the work of peopleorganized in formal group to achive a disered goal. (Manajemen adalah sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang ditentukan).
  4. Menurut Mary Parker Follet: manajemen didefinisikan sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

 

            Dari beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa unsur dalam managemen adalah man, materials, machines, methods, money dan market. Dan berdasarkan unsur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses pelaksanaan yang menggerakan suatu organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. (Sri Wiludjeng, )

 

2.2 Ruang Lingkup Managemen

  1. Lingkungan luar (eksternal)

Terdiri dari:

–          Lingkungan umum, meliputi ekonomi, politik, hukum, sosio kultural (budaya), teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan paham ekonomi), dan kondisi lingkungan alam.

–          Lingkungan khusus (tugas), meliputi pemilik (stockholder), customer, klien, pemasok (supplier), pesaing, suplai tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan serikat pekerja.

  1. Lingkungan dalam (internal)

Terdiri dari:

–          Manusia (specialized dan manajerial personal).

–          Finansial (sumber, alokasi, dan control dana).

–          Fisik (gedung, kantor, dan lain-lain)

–          Sistem dan teknologi

–          Sistem nilai dan budaya organisasi

 

 

 2.3 Objek Kajian dan Kegunaan Managemen

         2.3.1 Objek Kajian Managemen

Sasaran adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan ditujukan. Maksud dari keluaran tersebut merupakan hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Pada dasarnya, di dalam suatu administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Berdasarkan dengan kondisi yang ada saat ini pelayanan kesehatan tersebut sangat banyak macamnya. Secara umum, pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: pelayanan kedokteran (medical service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Untuk administrasi kesehatan, sasaran yang dimaksudkan terdiri atas 4 macam, yakni perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

         2.3.2 Kegunaan Managemen

                  a. Perencanaan

Perencanaan atau planning merupakan suatu langkah awal dalam proses manajemen. Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di tentukan. (Prof.Dr.Sondang P.Siagian, 1986)

Perencanaan ini memiliki tujuan ,diantaranya:

  1. Perencanaan dapat menanggulangi terjadinya ketidakpastian suatu kegiatan
  2. Perencanaan dapat menjadikan suatu aktifitas menjadi teratur dan terarah.  (Sri Wiludjeng, 2007)

Planning (perencanaan), terdiri dari 5 yaitu :

  • Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana cara melakukannnya.
  • Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum melalui proses penentuan target.
  • Mengumpulkan dan  menganalisa informasi
  • Mengembangkan alternative-alternatif
  • Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.

 

            b.Pengorganisasian

                        Pengorganisasian merupakan kegunaan managemen yang kedua setelah perencanaan. Hal tersebut dikarenakan pengorganisasian merupakan langkah selanjutnya untuk pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. (Sri Wiludjeng, 2007)

                        Organisasi atau pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manejemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas yang memiliki manfaat dan berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

              Pengorganisasian terdiri dari :

  • Menyediakan fasilitas-fasilitas pelengkap dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang efisien.
  • Mengelompokkan komponen kerja dalam struktur organisasi secara teratur.
  • Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
  • Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
  • Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

c. Pengarahan

               Merupakan fungsi manejemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Sri Wiludjeng, 2007)

 

d. Pengendalian

               Controlling atau pengendalian, adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.

               Pengendalian atau controlling merupakan langkah atau fungsi terakhir dari proses manajemen. Pengendalian merupakan suatu tindakan untuk membuktikan atau menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah sesuai yang diinginkan dan sesuai yang dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam melakukan pengendalian, terdapat beberapa alat yang bisa digunakan, diantaranya:

  1. Budget

Proses pengendalian menggunakan alat budget dapat dilakukan dengan membandingkan antara penerimaan, pengeluaran dan hasil suatu kegiatan. Jika terjadi ketidaksesuaian antara ketiga hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi penyimpangan .

  1. Non-Budget

Pengendalian non-budget diantaranya

  1. Personal observation

Pengendalian ini dilakukan oleh manajer dengan megawasi secara langsung jalannya suatu kegiatan

  1. Report

Alat pengendalian berupa laporan-laporan yang dibuat oleh bawahan mengenai perkembangan suatu kegiatan atau pekerjaan

  1. Financial statement

Alat pengendalian berupa daftar laporan keuangan suatu perusahaan .dengan daftar laporan ini dapat diketahui kondisi keuangan suatu perusahaan

  1. Statistic

Alat pengendalian berupa kumpulan data, keterangan dan kejadiaan – kejadian sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang telah terjadi di masa lalu, apakah ada kegiatan diluar perencanaan atau tidak. (Sri Wiludjeng, 2007)

 

 

 

2.4 Sifat-sifat Organisasi

  1. Organisasi sebagai wadah

Organisasi sebagai wadah adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan manajemen dijalankan, sebagai wadah organisasi bersifat relatif statis. Setiap organisasi memiliki suatu pola dasar struktur organisasi yang relatif permanen sifatnya.

  1. Organisasi sebagai proses

Sebagai suatu proses sifatnya lebih dinamis dibandingkan dengan organisasi sebagai wadah. Hal ini karena organisasi sebagai proses interaksi menyoroti antar orang-orang atau anggota dalam organisasi.

Organisasi sebagai proses interaksi menimbulkan dua jenis hubungan di dalam organisasi. (Prof.Dr.Sondang P.Siagian, 1986)

 

 

2.5  Bentuk-bentuk, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan

  1. Organisasi garis ( line organization)

Bentuk organisasi garis ini menggambarkan bahwa dalam suatu kegiatan, kekuasaan mengalir dari manajer kebagian bawahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kesatuan komando dari atasan ke karyawan bawahannya.

 

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

–          Kelebihan organisasi garis

  • Terdapat kesatuan perintah , yanki langsung dari atasan kebawahan
  • Bentuk organisasi garis ini sangat sederhana
  • Seorang bawahan hanya memiliki satu atasan saja

 

–          Kekurangan organisasi garis

  • Kurangnya kerjasama antar masing-masing bagian karena langsung mendapat perintah sendiri-sendiri dari atasan
  • Beban atasan menjadi lebih berat karena memimpin seorang diri
  • Bawahan menjadi kurang inisiatif dalam bekerja karena langsung  mendapat perintah dari atasan
  • Dalam pemilihan pemimpin lebih sulit karena diperlukan pemimpin yang serba bias

b. Organisasi garis dan staf

Organisasi staf muncul untuk membantu organisasi garis yang  beban atasannya sangat berat. Staf dalam organisasi ini berperan sebagai pemberi saran, informasi penasehat atau membantu pimpinan dalam menjalankan  tugasnya. Staf tidak memiliki kewenangan untuk memerintah bawahan atau mengambil keputusan langsung. (Prof.Dr. Sondang P.Siagian)

       
   

MANAGER

 

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

–          Kelebihan organisasi garis dan staf

  • Dapat mengurangi tugas atasan yang sangat berat dengan adanya staf
  • Dapat membantu kerja pimpinan dengan memberikan saran dan pertimbangan

 

 

 

–          Kekurangan

  • Jika staf melakukan kesalahan seperti memerintah karyawan secara langsung,  maka akan menimbulkan adanya suatu konflik antara staf dan karyawan
  • Adanya kecenderungan pemimpin lebih bergatung pada staf
  • Memerlukan tambahan biaya karena bertambahnya jumlah pekerja

 

c.Organisasi fungsional

Organisasi fungsional ini lebih spesifik dari organisasi garis. Organisasi ini memiliki beberapa atasan yang masing-masing pimpinan memiliki spesialisasi sendiri misalnya kepala bagian produksi, kepala bagian pemasaran dan kepala bagian keuangan. Jadi seorang pegawai menerima perintah langsung dari atasan sesuai dengan bagiannya.

 

 
   

 

 

 

 

 

 

 

*bagan

 

 
 

K A R Y A W A N

 

 

 

 

–          Kelebihan

  • Masing-masing bagian di pegang langsung oleh seorang ahli
  • Tugas seorang manajer lebih ringan dengan adanya pembagian fungsi tersebut

–          Kekurangan

  • Tidak adanya kesatuan perintah dalam suatu pimpinan dan perintah karena banyaknya atasan
  • Akan menimbulkan perseelisihan antara para pemimpin jika kurang terjadi koordinasi

 

d.Organisasi komite ( organisasi panitia)

Organisasi komite atau sering disebut panitia adalaha organisasi yang sering mengumpulkan pendapat yang menyangkut berbagai aktifitas perusahaan.

Pada organisasi ini terbentuk untuk menyelesaikan permasalahn yang tidak dapat diselesaikan oleh organisasi yang ada (organisasi formalnya). Jadi, komite ini bersifat sementara, dan akan bubar jika masalah telah selesai.

       
   

MANAGER

 

 
   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

–          Kelebihan

  • Menjadi forum untuk saling bertukar pendapat dalam menyelesaikan masalah
  • Keputusan diambil secara bersama
  • Menciptakan koordinasi yang baik antar sesama
  • Meningkatkan pengawasan

–          Kekurangan

  • Kesulitan dalam mempersiapkan pertemuan
  • Keharusan ntuk berkompromi
  • Sering menimbulkan kesimpangsiuran dalam organisasi

e.Organisasi matrik

Organisasi dikatakan matrik jika suatu struktur proyek ditambahkan pada struktur lain, hasilnya adalah berbagai para ahli dari berbagai bagian dalam organisasi tersebut bekerjasama dan membentuk suatu kelompok untuk proyek tersebut. Kelompok tersebut dipimpin oleh seorang manajer proyek yang bertanggungjawab atas proyek secara keseluruhan. (Sri Wiludjeng, 2007)

–          Kelebihan

  • Perusahaan dapat melayani proyek-proyek khusus
  • Berorientasi pada hasil akhir
  • Desentralisasi dalam pengambilan keputusan
  • Penggunaan SDM secara fleksibel
  • Penggunaan sistem pendukung yang efisien

–          Kekurangan

  • Membutuhkan banyak manajer ahli agar efektif
  • Kemungkinan munculnya konflik wewenang dan tanggungjawab dalam organisasi
  • Prinsip kesatuan perintah dilanggar

 

2.6  Prinsip-prinsip Managemen

Prinsip-prinsip organisasi sering disebut dengan azas-azas organisasi.Prinsip atau azas merupakan dasar,pondasi,atau sesuatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. (Drs.Ig.Wursanto, 2002).

Menurut Prajudi Atmosudirjo (1980, 90),prinsip itu mempunyai dua segi berikut:

1)     Prinsip merupakan pangkal-tolak pikiran untuk memahami suatu tata-hubungan,atau suatu kasus

2)     Prinsip merupakan suatu jalan atau sarana untuk menciptakan suatu tata-hubungan atau kondisi yang kita kehendaki

Dengan demikian yang dimaksud dengan prinsip-prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok dasar atau yang menjadi pangkal-tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh karena itu organisasi dibangun dan digerakkan di atas pondasi yang berupa prinsip organisasi dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran. (Wursanto, 2002).

Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi.Masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda,baik dalam jumlah maupun istilah yang dipergunakan.Beberapa mengemukakannya secara terinci,sementara yang lain memberikan garis besarnya saja. (Wursanto, 2002).

W.Warren Haynes dan Joseph L.Massei, dalam bukunya yang berjudul Management for Business and Industri, dua orang penulis ini menyatakan prinsip-prinsip organisasi ada 4 (empat) macam,yaitu:

1)     Prinsip kesatuan perintah (unity of command)

2)     Prinsip rentangan kendali atau rentangan pengawasan (span of control)

3)     Prinsip pengecualian (the exception principle)

4)     Prinsip hirarki (the scalar principle)

Prajudi Atmosudirjo, dalam bukunya yang berjudul Administrasi dan Management Umum,Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan 12 (dua belas) prinsip organisasi,yaitu sebagai berikut:

1)     Prinsip tujuan, yang berarti bahwa organisasi harus mempunyai tujuan

2)     Prinsip pembagian kerja,bahwa dalam organisasi harus ada pembagian kerja dan penugasan kerja yang homogen

3)     Prinsip perimbangan antara tugas,tanggung jawab dan wewenang

4)     Prinsip pelimpahan kekuasaan harus jelas batas-batasnya

5)     Kesatuan komando,bahwa azas ini menghendaki satu orang satu atasan (the one man chief principle)

6)     Komunikasi untuk mengadakan pertukaran informasi antar instansi yang ada di dalam organisasi

7)     Prinsip pengecekan yang bearrti bahwa setiap pimpinan berkewajiban untuk melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan kegiatan

8)     Prinsip kontinuitas yang artinya kegiatan dalam organisasi harus bersifat terus menerus,tidak boleh mandeg dalam keadaan atau situasi yang bagaimanapun

9)     Prinsip saling asuh yang berarti antara unit (lini dengan staff) saling bekerjasama dan menyadari akan kepentingan setiap unit yang ada dalam organisasi.Jangan sampai suatu unit merasa lebih penting daripada unit yang lain

10)   Prinsip koordinasi untuk mencegah timbulnya bahaya disintegrasi

11)   Prinsip kehayatan yang mencerminkan bahwa organisasi itu hidup atau berhayat

12)   Prinsip tahu diri yang berarti bahwa setiap anggota organisasi harus sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mengetahui posisi masing-masing dalam organisasi

          Henry Fayol mengemukakan 14 prinsip organisasi yaitu sebagai berikut:

1)     Pembagian kerja

2)     Wewenang dan tanggung jawab

3)     Prinsip disiplin

4)     Prinsip kesatuan komando

5)     Prinsip kesatuan langkah

6)     Prinsip subordinasi minat individu di bawah minat pada umumnya

7)     Prinsip pemberian hadiah

8)     Prinsip sentarlisasi atau pemusatan

9)     Prinsip jenjang hirarki

10)   Prinsip ketertiban

11)   Prinsip kesamarataan

12)   Prinsip stabilitas

13)   Prinsip inisiatif

14)   Prinsip kesatuan jiwa korp

A.M. Williams, Prinsip-prinsip organisasi lain juga dikemukakan oleh A.M.Williams secara lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Goverment Administration” (1965),prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1)     Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas

2)     Prinsip skala hierarki

3)     Prinsip kesatuan perintah

4)     Prinsip pendelegasian wewenang

5)     Prinsip pertanggungjawaban

6)     Prinsip pembagian pekerjaan

7)     Prinsip rentang pengendalian

8)     Prinsip fungsional

9)     Prinsip pemisahan

10)   Prinsip keseimbangan

11)   Prinsip fleksibilitas

12)   Prinsip kepemimpinan

 

2.7  Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu system dari kepercayaan yang dikembangkan dalam organisasi dan dijadikan sebagai panutan bagi tingkah laku anggota organisasi. (Sri Wiludjeng, )

Budaya organisasi merupakan bagian studi teori organisasi dilihat dari aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan. Kerjasama dimaksud adalah kerjasama yang terarah pada pencapaian tujuan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap individu atau kelompok.

Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai aturan, norma, dan nilai-nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi itu. Keseluruhan pola interaksi tersebut akan membentuk suatu kebiasaan bersama atau membentuk budaya organisasi. Teori organisasi berusaha menerangkan atau memprediksi bagaimana organisasi dan orang-orang di dalamnya berperilaku dalam struktur organisasi, budaya dan lingkungan. Selain itu Robbins (2002:8) berpendapat teori organisasi memfokuskan dirinya pada perilaku dari organisasi dan mengunakan pengertian yang lebih luas dari keefektifan organisasi. Budaya merupakan produk struktur dan fungsi yang ada dalam organisasi. (Sri Wiludjeng, 2007)

Budaya organisasi memiliki dua tingkatan, yaitu:

  1. Observable culture

Observable culture adalah budaya organisasi yang dapat kita ketahui jika kita berada dalam suatu organisasi.

Misalnya:

-stories ( cerita kejadian dimasa lalu)

– heroes ( orang yang melakukan pencapaian prestasi yang baik di suatu organisasi)

– rites and ritual ( suatu acara khusus untuk memperingati kejadian dalam suatu organisasi)

– symbols ( bahasa khusus untuk berkomunikasi dalam organisasi)

  1. Core culture

Core culture merupakan suatu kepercayaan tentang bersikap yang benar dalam organisasi.

 

Definisi mengenai budaya menyiratkan beberapa hal, yaitu:

–       Budaya adalah persepsi. Individu mempersepsikan budaya organisasi berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, atau alami di dalam organisasi itu.

–       Aspek budaya  bersama. Meskipun individu mungkin memiliki latar belakang yang berbeda atau bekerja pada tingkatan yang berlainan di organisasi tersebut, mereka cenderung menggambarkan budaya organisasi itu dengan istilah yang sama.

–       Budaya organisasi adalah istilah deskriptif. Budaya itu menyangkut bagaimana anggota itu mempersepsikan organisasi tersebut, bukan menyangkut apakah mereka menyukainya. Budaya itu menggambarkan, bukan menilai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

RINGKASAN

 

Dari uraian materi mengenai terminologi organisasi manajemen diatas, maka dapat disimpulkan kembali:

  1. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dan memiliki rangkaian hierarki yang bersifat dinamik. Sedangkan manajemen adalah proses pelaksanaan yang menggerakan suatu organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Ruang lingkup manajemen dibagi menjadi 2 yaitu Lingkungan luar (eksternal) yang meliputi lingkungan umum dan khusus serta Lingkungan dalam (internal) yang meliputi manusia, finansial, fisik, sistem dan teknologi, sistem nilai, dan budaya organisasi.
  3. Objek kajian manajemen terbagi menjadi 4 kelompok yaitu perseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dan terdapat 4 fungsi atau kegunaan manajemen yaitu planing (perencanaan), organzing (pengorganisasian), directing ( pengarahan), controlling (pengendalian).
  4. Sifat organisasi ada 2 yaitu sebagai wadah dan sebagai proses. Sedangkan bentuk organisasi ada 4 yaitu : organisasi garis, organisasi garis dan staf, organisasi fungsional, organisasi komite atau panitia dan organisasi matrik yang masing masing telah memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
  5. Prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok dasar atau yang menjadi pangkal-tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh karena itu organisasi dibangun dan digerakkan di atas pondasi yang berupa prinsip organisasi dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran.
  6. Budaya organisasi adalah suatu sistem dari kepercayaan yang dikembangkan dalam organisasi dan dijadikan sebagai panutan bagi tingkah laku di setiap individu atau pada tiap-tiap anggota organisasi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Amsyah, Zulkifli. 2002. Menejemen sistem Informasi. Bogor: Grasindo Persada

Elearning.gunadarma.ac.id /docmodul/pengantar_bisnis/Bab_2.pdf

Eprints.undip.ac.id

Gaol, Chr.Jimmy L.2008. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo

Handayaningrat Soewarno. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: CV. Haji Masagung

Herlambang Susatyo, dkk. 2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Furqon, Chairul. 2012.Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/ PRODI.MANAJEMEN_ FPEB/197207152003121CHAIRUL_FURQON/ArtikelOrganizational_Culture.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2013.

Http://www.geocities.ws/mas_tri/perilaku_org.PDF

Kast, Fremont E. Rosenzweig, James E. 1990. Organisasi dan Manajemen 1 Edisi Keempat. Jakarta: Bumi Aksara.

Kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/…/struktur-organisasi-pemda.pdf

Susanto, Azhar. 2006. Sistem informasi Manajemen. Jakarta: Lingga Jaya.

Suwarto. 1996. Dasar-dasar Teori Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Widya Karya

McKenzie, James F, Robert R. Pinger, Jerome E. Kotecki. 2003. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

 

Notoadmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. 2009. Manajemen Edisi Kedelapan. Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang.

 

Sarwoto. 1978. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 

Satrianegara, M. Fais dan Sitti Salaeha. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

 

Siagian, Sondang P. 1992. Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi. Jakarta: CV Haji Masagung.

 

Terry, G.R dan L.W. Rue. 1985. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Widjaja, A.W. 1998. Kelembagaan dan Organisasi. Jakarta: Bina Aksara.

 

FUNGSI MANAJEMEN DAN APLIKASINYA

Posted on

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.   Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu proses. Pengertian proses mengacu kepada serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan tujuan hingga tercapainya tujuan. Fungsi, artinya kegiatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam usaha mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan fungsi- fungsi manajemen. Fungsi manajemen terdiri atas hal- hal yang dilakukan dalam urusan manajerial. Fungsi -fungsi manajemen telah disusun sedemikian rupa agar didapat kesamaan sudut pandang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam tujuan tersebut didalamnya terdapat sebuah perencanaan. Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan segala aktivitas dan sumberdaya yang akan digunakan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).

Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen tertentu dari proses perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan fungsi-fungsi manajemen. Kemudian memperkenalkan fungsi-fungsi manajemen tersebut dan konsep perencanaan serta menyajikan sejumlah pendekatan untuk mengefektifkan perencanaan dari berbagai jenis.

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

  1. B.   Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui Fungsi-fungsi manajemen
  2. Mengetahui tentang pengertian dan fungsi perencanaan
  3. Mengetahui jenis dan sifat perencanaan
  4. Mengetahui cara menyusun perencanaan

 

  1. C.   Manfaat

 Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah dapat mengetahui fungsi-fungsi manajemen, fungsi perencanaan dan jenis-jenis serta sifat perencanaan, juga masing-masing aplikasinya.

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.   Fungsi- Fungsi Manajemen

 Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Alam S, 2007 : 127). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan fungsi- fungsi manajemen. Fungsi manajemen terdiri atas hal- hal yang dilakukan dalam urusan manajerial. Fungsi- fungsi manajemen  telah disusun sedemikian rupa agar didapat kesamaan sudut pandang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Dalam buku Dasar- Dasar Organisasi dan Manajemen karya Sarwoto (1978), disebutkan  fungsi- fungsi  manajemen menurut beberapa ahli, diantaranya  adalah :

  1. Henry Fayol

Menurut Henry Fayol fungsi manajemen adalah  planning, organizing, staffing, directing dan controlling.

  1. Koontz dan O’Donnel

Menurut Koontz dan O’Donnel fungsi manajemen adalah planning, organizing, staffing, directing dan controlling.

  1. George R. Terry

Menurut George R. Terry  fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuating, dan  controlling.

  1. Luther Gulick

Menurut Luther Gulick fungsi manajemen adalah planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan  budgeting.

  1. Lindal F. Urwick

Menurut Lindal F.Urwick fungsi manajemen adalah forecasting, planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling.

  1. William Spriegel

Menurut William Spriegel fungsi manajemen adalah planning, organizing, dan controlling.

  1. Louis A. Allen

Menurut Louis A. Allen fungsi manajemen adalah leading, planning, dan organizing.

  1. William Newman

Menurut William Newman fungsi manajemen adalah planning, organizing, assembling of resources, directing, dan controlling.

  1. Sondang P. Siagian

Menurut S. P. Siagian fungsi manajemen adalah planning, organizing, motivating,  dan controlling.

  1. Prajudi  Atmosudirjo

Menurut Prajudi Atmosudirjo fungsi manajemen adalah leading, planning, organizing, controlling.

  1. John R. Beisline

Menurut John R. Beisline  fungsi manajemen adalah planning, organizing, commanding, controlling.

  1. Winardi

Menurut Winardi fungsi manajemen adalah planning, organizing, coordinating, actuating, leading, communicating, dan controlling.

  1. The  Liang Gie

Menurut The Liang Gie fungsi manajemen adalah planning, decision making, directing, coordinating, controlling, dan improving.

 Para tokoh memang memiliki pendapat yang berbeda mengenai fungsi manajemen namun hampir semua tokoh dalam mengemukakan fungsi- fungsi manajemen selalu mengemukakan tiga fungsi pokok yaitu planning, organizing, dan controlling. Ketiga hal tersebut merupakan fungsi utama dari manajemen sedangkan yang lainnya  merupakan variasi dari ketiga fungsi tersebut (Alam S, 2007 : 132) .

Penjelasan mengenai ketiga fungsi tersebut adalah :

  1. Planning (perencanaan) adalah hal yang penting ketika kita akan melakukan

sebuah kegiatan. Agar sebuah kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah  diperlukan perencanaan yang sistematis. Pembahasan lebih lanjut mengenai fungsi planning (perencanaan) akan dibahas pada point selanjutnya.

 

  1. Organizing (pengorganisasian) merupakan proses pengelompokan orang- orang, alat- alat, tugas, tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Sarwoto, 1978 : 77). Pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat. Menurut George R. Terry dalam Yayat M. Herujito (2001: 28) secara lebih terperinci kegiatan pengorganisasian meliputi :
    1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas- tugas operasional.
    2. Mengelompokkan tugas- tugas ke dalam posisi- posisi secara operasional.
      1. Menggabungkan jabatan- jabatan operasional ke dalam unit- unit yang saling berkaitan.
      2. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai.
      3. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan.
      4. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota.
      5. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.
      6. Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

 

Pengorganisasian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika suatu saat terjadi perubahan dalam hal tujuan  maka diperlukan perubahan dalam hal bentuk, susunan, corak, ukuran, ataupun personalia organisasi yang bersangkutan. Proses pengubahan organisasi ini biasa disebut dengan reorganisasi (reorganizing). Reorganizing bertujuan agar  suatu organisasi lebih efektif dan efisien (Nitisemito, 1984 : 71). Reorganisasi dapat bersifat vertikal ataupun horizontal. Reorganisasi vertikal berarti  reorganisasi dalam sistem organisasi tersebut sedangkan reorganisasi horizontal berarti reorganisasi yang berkaitan dengan kondisi eksternal organisasi. Dalam melakukan reorganisasi harus dilakukan dengan teliti dan hati- hati. Hal ini dikarenakan reorganisasi bersifat sensitif sehingga sebelum melakukan reorganisasi perlu dilakukan konsultasi dengan pihak- pihak yang bersangkutan dengan cara yang sebaik- baiknya.

  1. Controlling

Fungsi manajemen yang ketiga adalah  controlling (pengawasan). Menurut Stoner dan Wankel definisi pengawasan adalah sebuah proses yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan (dalam proses manajemen) berjalan mengikuti rencana yang telah ditetapkan dan menuju kepada sasaran yang harus dicapai. 

 

Fungsi pengawasan meliputi 2 aspek yaitu pengawasan dan pengendalian (Ruky,, tanpa tahun : 213). Pengendalian terdiri atas :

  1. Penelitian terhadap hasil kerja sesuai dengan rencana atau program kerja.
  2. Pelaporan hasil kerja dan pendataan berbagai masalah.
  3. Evaluasi hasil kerja dan problem solving.

 

Adapun fungsi manajemen yang lain adalah :

  1. Actuating  yaitu kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja melakukan tugas dan kewajibannya.
  2. Coordinating (mengoordinasikan) yaitu menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan.
  3. Evaluating (mengevaluasi) yaitu menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya.
  4. Budgeting (penyusunan anggaran biaya) untuk menggunakan sumber- sumber keuangan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan terpadu.
  5. Forecasting yaitu kegiatan peramalan termasuk upaya memprediksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi setelah pelaksanaan kegiatan.
  6. Staffing atau assembling resources yang berkaitan dengan penempatan orang dalam tugas dan kewajiban tertentu yang harus dilaksanakan.
  7. Directing and commanding merupakan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan pembinaan dan pelaksanaan instruksional para pemegang jabatan dalam organisasi.

 

  1. B.   Aplikasi Fungsi Manajemen di Puskesmas dan Rumah Sakit
  2. Aplikasi Fungsi Manajemen di Puskesmas

Fungsi Manajemen

Kegiatan

Perencanaan

Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara mengajukan usulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Pengorganisasian

  1. Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan struktural Kepala Puskesmas, sedangkan lainnya bersifat fungsional
  2. Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok, yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
  3. Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas melakukan pembinaan ke desa-desa

Penggerakan Pelaksanaan

  1. Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan dalam rangka koordinasi lintas program dan sektor
  2. Adanya proses kepemimpinan
  3. Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
  4. Pelaksanaan program pokok puskesmas yang melibatkan seluruh staf

Pengawasan dan Evaluasi

  1. Melalui pemantauan laporan kegiatan
    1. Pemantauan wilayah setempat (PWS)
    2. Supervisi
    3. Rapat rutin (staff meeting)

 Sumber : http://www.kmpk.ugm.ac.id

  1. Aplikasi Fungsi Manajemen di Rumah Sakit
    1. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan pengadaan obat dan logistik, yang disusun berdasarkan pola konsumsi dan pola epidemiologi, (b) perencanaan tenaga professional kesehatan, dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara lain ; ketergantungan pasen, beban kerja, dll.
    2. Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya.
    3. Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan hotel atau penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit (pasen) dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologis akibat penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang sedang dirawat.  Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan (customer service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh dengan sempurna, sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan diarahkan untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.
    4. Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk  mengamati secara terus menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas.  Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ; perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator kinerja, akan memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan.

 

  1. C.   Pengertian dan Fungsi Perencanaan

Beberapa pengertian perencanaan oleh beberapa ahli adalah :

  1. Koonzt dan O’Donnel dalam bukunya Principles of Management memberikan definisi perencanaan sebagai persiapan yang teratur dari setiap usaha yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  2. H. J.  Burbach dan L. E. Decker menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang kontinu.
  3. Waterson dalam Sudjana (2000) menjelaskan bahwa pada hakikatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik daripada sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan.
  4. Hatch dan Stefflre menyatakan bahwa proses perencanaan adalah : the presence of a need, an analysis of the situation, a review of alternate possibilities, the choice of a course of action.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa  perencanaan merupakan sebuah fungsi yang pokok dalam manajemen. Hal ini dikarenakan fungsi yang lain tidak akan terlaksana sebelum fungsi perencanaan terlaksana lebih dahulu. Selain itu, di dalam perencanaan terkandung kebijakan yang diambil, fokus kegiatan, rencana kerja operasional, serta sangat terkait dengan penyediaan dan penggunaan sumber daya yang tersedia (Herjanto, 2003 : 9). Dalam melakukan perencanaan diperlukan waktu yang cukup agar  hasilnya lebih maksimal. Selain masalah waktu penyususnan perencanaan juga perlu memperhatikan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi. Dengan adanya pengalaman maka akan menjadikan pembuatan rencana yang lebih baik dari sebelumnya. Pengalaman- pengalaman tersebut dapat dianalisis kelemahan dan keunggulannya sehingga dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam pembuatan rencana yang akan datang.

Menurut Sukwiaty (tanpa tahun :12) perencanaan bermanfaat untuk :

  1. Mengimbangi ketidakteraturan dari perubahan
  2. Memusatkan perhatian pada sasaran
  3. Memperoleh pengelolaan yang ekonomis dan efektif
  4. Memudahkan pengawasan
  5. Mendorong orang memberikan prestasi
  6. Mengukur hasil yang dicapai seorang
  7. Membantu manajer mencapai status

Sukwiaty juga menyebutkan bahwa perencanaan yang efektif harus memenuhi unsur    5 W + 1 H yaitu :

  1. Menetapakan  tujuan yang hendak dicapai atau harus dapat menjawab pertanyaan what (tujuan apa yang hendak dicapai).
  2. Menetapkan alasan dilakukan hal tersebut atau harus dapat menjawab pertanyaan why (mengapa hal tersebut perlu dilakukan).
  3. Menetapkan di mana kegiatan itu dilaksanakan atau harus menjawab pertanyaan where (di mana hal tersebut akan dilakukan).
  4. Menetapkan waktu pelaksanaan atau harus menjawab pertanyaan when (kapan hal tersebut akan dilakukan).
  5. Menetapkan orang- orang yang tepat atau harus menjawab pertanyaan who (siapa yang akan melaksanakannya).
  6. Menetapkan cara tujuan itu dapat dicapai atau harus menjawab pertanyaan how (bagaimana cara melakukannya)

Menurut Anton Athoillah (2010 :101) manfaat perencanaan meliputi :

  1. Penentuan tujuan organisasi sebagai tolok ukur perencanaan.
  2. Upaya meletakkan landasan kebijakan dan langkah- langkah operasional kerja.
  3. Pengukuran kemampuan bagi efektivitas dan efisiensi kerja.
  4. Kepastian tindakan yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
  5. Harapan memperoleh kemajuan.
  6. Hasil yang direncanakan.
  7. Pengawasan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
  8. Menghilangkan ketidakpastian.
  9. Membentuk hari depan.
  10. Sebagai alat untuk mencegah pemborosan tenaga, waktu, dan biaya.
  11. Mudah mengukur prospek kedepan dalam suatu organisasi.
  12. Penentuan pilihan dalam pemecahan masalah.
  13. Standardisasi kegiatan dan prioritas kebutuhan organisasi.
  14. Dapat dijadikan dasar penjabaran program kerja secara sistematis dalam susatu organisasi.
  15. Pembagian tugas dan keahlian yang akurat.
  16. Usaha untuk menyediakan sarana dan prasarana kegiatan yang disesuaikan dengan rencana.
  17. Melahirkan produktivitas kerja yang baik.
  18. Memberikan gambaran yang jelas dan lengkap mengenai seluruh kegiatan yang akan dikerjakan.

Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang menghambat rencana (Herujito, 2001 : 97). Hal- hal tersebut diantaranya adalah :

  1. Para perencana tidak cakap untuk melihat kemuka dengan tepat
  2. Kewenangan- kewenangan atau kekuasaan- kekuasaan tidak jelas, samar- samar sehingga pelaksana bertindak ragu- ragu, atau kekuasaan dan kewenangan itu tidak cukup besar dan luas untuk mengerjakan tugasnya.
  3. Anggaran yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu juga tidak sesuai dengan rencana anggaran dalam perencanaan.
    1. Tidak ada bantuan penduduk dan tidak ada moral support.

 

 

  1. D.   Jenis dan Sifat Perencanaan  

Menurut Graves, jenis perencanaan dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan tingkatannya dalam organisasi yaitu :

  1. Tingkat atas (top level)

Pada tingkat atas perencanaan lebih bersifat directive (memimpin), yaitu memberi  petunjuk serta menggariskan dalam segala hal, baik mengenai tujuan maupun caranya, jadi belum begitu positif untuk dapat dilaksanakan.

  1. Tingkat menengah (middle level)

Pada tingkat ini perencanaan lebih bersifat administrative (manajerial) yaitu sudah lebih jelas menunjuk kepada cara-  cara bagaimana tujuan- tujuan dan cara- cara yang telah digariskan dalam perencanaan yang bersifat directive  dapat dilaksanakan sebaik- baiknya.

  1. Tingakat bawah (bottom level)

Yaitu tingkat di mana tiap- tiap anggota kelompok lebih banyak mempunyai tugas menghasilkan, sehingga tugas itu bersifat operative (operasional)  yaitu pekerjaan yang harus berakhir dengan menghasilkan sesuatu yang konkret. Maka sifat perencanaan dalam tingkat ini juga lebih bersifat operative, yaitu bagaimana cara menjalankan sesuatu agar dicapai hasil yang sebaik dan sebesar mungkin.

 

 Menurut Graves isi perencanaan pada setiap tingkatan disebut bagian yang “administrative” sedang mengenai caranya disebut bagian manajemen. Umar (2001: 16) membagi perencanaan menurut jangka waktu pengaplikasian dan menurut tingkatan manajemen. Menurut  jangka waktu pengaplikasiannya perencanaan dibagi menjadi :

  1. Rencana jangka panjang

Rencana jangka panjang menjangkau waktu sekitar  20- 30 tahun ke depan. Perencanaannya masih berbentuk garis- garis besar yang bersifat sangat strategis dan umum. Oleh karena itu perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan  jangka menengah. Negara kita menerapkan waktu sekitar 25 tahun untuk rencana jangka panjangnya.

 

 

  1. Rencana menengah

Rencana menengah memiliki waktu sekitar 3- 5 tahun. Perencanaan jangka panjang akan dipecah- pecah menjadi beberapa pelaksanaan perencanaan jangka menengah, sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang akan dicapai jelas. Negara kita menggunakan waktu 5 tahunan untuk setiap perencanaan jangka menengah, yang disebut Pembangunan Lima Tahun (PELITA). 

  1. Perencanaan jangka pendek

Biasanya menjangkau waktu paling lama satu tahun. Bahkan perenccanaan ini dapat dibuat dalam jangka waktu bulanan, kwartalan, atau tengah tahunan. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan  sasaran yang harus dicapai lebih jelas, termasuk dalam hal penggunaan sumber  daya, metode pelaksanaan, serta waktu mulai dan selesainya tiap- tiap kegiatan yang masuk dalam rencana tersebut. Negara kita menggunakan APBN dalam hal rencana belanja negara untuk merealisasikan program – program tahunan.

Menurut tingkatan manajemen, perencanaan dibagi menjadi :

  1. Perencanaan strategis

Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating), keputusan- keputusan strategis antarfungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan dimasa datang. Jadi, perencanaan strategis lebih terfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang.

  1. Perencanaan operasional

Merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan dalam rangka untuk memperjelas makna suatu strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik dan berjangka pendek. Strategi ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas sehingga konsisten bukan hanya dengan strategi utama yang telah ditentukan, tetapi juga dengan strategi di bidang fungsional lainnya.

Sarwoto (1978 : 70) mengemukakan bahwa ada 2 jenis perencanaan yaitu :

  1. Perencanan fisik (physical planning)

Yaitu perencanaan mengenai hal- hal yang hendak dihasilkan baik material maupun barang- barang immaterial (jasa- jasa). Perencanaan fisik memiliki  5 unsur yaitu policy (kebijakan), procedure (prosedur), progress (kemajuan), programme (program).

  1. Perencanaan pembiayaan (financial planning)

Yaitu perencanaan untuk memperoleh sumber keuangan yang diperlukan untuk membiayai planning  yang dimaksud.

Anton Anthoilla (2010: 102) menggolongkan perencanaan berdasarkan beberapa hal yaitu :

  1. Menurut penggunaannya
    1. Single use planning, yaitu perencanaan untuk satu kali pakai. Jika pelaksanaan telah selesai, perencanaan tersebut tidak dipakai kembali, ,misalnya perencanaan yang berhubungan dengan kepanitiaan kegiatan tertentu.
    2. Repeats planning, yaitu perencanaan yang digunakan untuk keperluan yang berulang- ulang. Rencana ini terus menerus atau berulang dipergunakan sehingga bersifat permanen.
  2. Menurut prosesnya
    1. Policy planning (merupakan kebijakan), yaitu suatu planning yang berisi kebijakannya saja tanpa dilengkapi oleh teknis pelaksanaannya  secara sistematis, seperti perencanaan yang berkaitan dengan garis besar proses pengorganisasian negara (GBHN).
    2. Program planning, yaitu planning yang merupakan penjelasan dan perincian dari policy planning. Program planning dibuat oleh badan- badan khusus yang mempunyai wewenang untuk melaksanakan policy planning, misalnya BAPPENAS. Dalam program planning dimuat, antara lain :

1)    Ikhtisar mengenai tugas yang dapat dipergunakan

2)    Sumber dan bahan yang dapat dipergunakan

3)    Biaya, personalia, situasi, dan kondisi pekerjaan

4)    Prosedur kerja yang harus dipatuhi

5)    Struktur organisasi kerja, dan sebagainya

  1. Operational planning (perencanaan kerja), yaitu planning yang memuat rencana mengenai cara- cara melakukan pekerjaan tertentu agar lebih berhasil dalam pencapaian tujuan dengan daya guna yang lebih berhasil dalam pencapaian tujuan dengan daya guna yang lebih tinggi (efektif dan efisien). Dalam operational planning, technical know- how  ataupun kecakapan dan keterampilan kerja lebih dititikberatkan. Dalam perencanaan ini dimuat, antar lain :

1)    Analisis program planning

2)    Penetapan prosedur kerja

3)    Metode- metode kerja

4)    Menentukan tenaga pelaksanaan

  1. Menurut wilayah pelaksanaan
    1. Rural planning, yaitu perencanaan pedesaan
    2. City planning, yaitu perencanaan untuk suatu kota
    3. Regional planning, yaitu perncanaan tingkat daerah kabupaten atau kota
    4. National planning, yaitu suatu perencanaan tingkat nasional (negara) yang mencakup segenap wilayah suatu negara.
  2. Menurut materi
    1. Personnel planning, yaitu perencanaan mengenai masalah- masalah kepegawaian. Dalam planning ini, masalah pegawai ditinjau dan dibahas dari berbagai segi secara mendalam dan mendetail.
    2. Financial planning, yaitu suatu perencanaan mengenai masalah keuangan ataupun permodalan (anggaran belanja) secara menyeluruh dan mendetail dari suatu kegiatan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
    3. Industrial planning, yaitu perencanaan yang menyangkut kegiatan industri yang direncanakan sedemikian rupa agar terhindar dari hambatan dan rintangan dalam pencapaian tujuan.
    4. Educational planning, yaitu suatu perencanaan dalam kegiatan pendidikan (misalnya :planning mengenai pendididan SMEA, SMA, dan lain- lain).

 

  1. Menurut segi umum dan khusus
    1. General plans (rencana umum), yaitu suatu rencana yang dibuat garis- garis besarnya saja dan menyeluruh dari suatu kegiatan kerja sama
    2. Special planning (rencana khusus), yaitu suatu perencanaan mengenai suatu masalah yang dibuat secara mendetail dan terperinci. Misalnya: production planning, educational planning.
    3. Overall planning, yaitu suatu perencanaan yang memberikan pola secara keseluruhan dari pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dalam hal ini, perencanaan merupakan landasan dari fungsi- fungsi manajemen lainnya.

Demikian berbagai jenis perencanaan yang digolongkan berdasar berbagai kriteria.  Apapun bentuk rencananya pastilah bertujuan untuk mencapai tujuan yang ingin ditetapkan. Agar tercipta perencanaan yang tepat maka harus diperhatikan mengenai sifat- sifat dari suatu rencana yang baik. Adapun sifat rencana yang baik menurut Lilik Agung (2009 :44) adalah :

  1. Rencana itu menyediakan suatu solusi yang dapat dilaksanakan.
  2. Rencana itu harus cukup luas untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan benar namun juga cukup sederhana untuk dipahami dan dilaksanakan.
  3. Rencana itu meminimalkan terjadinya risiko yang tidak diinginkan.
  4. Rencana itu harus spesifik dalam pengertian waktu, biaya, dan sumber daya.
  5. Rencana itu harus fleksibel artinya  rencana bisa berubah haluan jika dituntut oleh situasi.
  6. Rencana itu dikembangkan dengan proses logis.
  7. Rencana itu dikomunikasikan dengan benar kepada orang- orang yang akan menggunakan dan mendukungnya.
  8. Rencana itu idealnya memasukkan gagasan orang- orang yang akan melaksanakan dan menggunakan.
  9. Ada ukuran yang jelas sehingga orang yang melaksanakan tidak akan multitafsir terhadap apa yang akan dikerjakan.
  10. Ada keseimbangan dalam rencana baik ke dalam maupun ke luar ( Sarwoto, 1978 : 71). Ke dalam berarti keseimbangan berbagai bagian proyek daripada rencana itu. Ke luar berarti keseimbangan antara tujuan (ends) dengan syarat- syaratnya (means).

Sedangkan menurut Anton Athoillah (2012 : 104) sifat- sifat perencanaan yaitu :

  1. Faktual

Perencanaan yang berdasarkan pertimbangan faktual,  yakni didasarkan pada hasil temuan di lapangan. Fakta- fakta yang telah dikumpulkan dan dijadikan data serta diolah secara rasional, apabila perlu dikaji secara ilmiah.

  1. Rasional

Perencanaan harus masuk akal, bukan merupakan angan- angan. Rasionalisasi terhadap berbagai fakta dan data dianalisis dengan cara mengklasifikasi permasalahan yang berkembang, menafsirkan data dan fakta, membandingkan antarfakta, menghubungkan antarpengertian, memutuskan, dan menyimpulkan.

  1. Fleksibel

Perencanaan tidak kaku, tetapi mengikuti perkembangan zaman dan perubahan situasi dan kondisi sehingga pelaksanaannya tidak terjebak dalam suatu keadaan yang statis.

  1. Berkesinambungan

Perencanaan dibuat secara kontinu, artinya berkelanjutan mengikuti kebutuhan organisasi

  1. Dialektis

Suatu planning harus dibuat dengan memikirkan peningkatan dan perbaikan- perbaikan untuk kesempurnaan masa yang akan datang. Perencanaan yang dialektik tidak terpaku pada pendekatan antitesis yang melawan arus perubahan dan perkembangan zaman, tetapi lebih mengutamakan pendekatan sintesis dan kompromistik terhadap keadaan dengan tetap berprinsip pada prinsip- prinsip manajemen yang sudah ditetapkan.

 

  1. E.    Cara Menyusun Perencanaan

Menurut Harold Koonzt mengemukakan langkah- langkah dalam proses perencanaan sebagai berikut :

  1. Penetapan tujuan

Tujuan biasanya ditetapkan pada awal mula pada puncak dari usaha dan dari tujuan yang telah ditetapkan pada top level ini kemudian ditentukan pula tujuan bagian- bagian organisasi yang lebih bawah. Penetapan tujuan pada awal usaha sangat penting karena- tujuan tujuan tersebut memberikan petunjuk atau kunci apa yang selanjutnya harus dilakukan, apa yang harus diutamakan dan apa yang ingin dicapai oleh kebijakan , prosedur, anggaran belanja, serta program yang hendak dibuat. Tujuan yang telah ditetapkan harus dimengerti oleh sebanyak mungkin anggota organisasi, khususnya mereka yang turut bertanggung jawab terhadap terlaksananya tujuan tersebut.

  1. Penetapan premise- premise perencanaan

Premisse adalah semacam ramalan tentang keadaan- keadaan atau kenyataan- kenyataan atau kebijaksanaan yang mungkin akan dapat dilaksanakan untuk waktu yang akan datang, hingga dengan mudah dapat dikatakan bahwa premise- premise itu memberikan gambaran tentang keadaan yang diramalkan atau diharapkan akan terjadi pada waktu yang akan datang. Premisse perencanaan dapat digolongkon ke dalam 3 golongan yaitu :

  1. a.    Premisse yang non- controllable, yaitu premis yang tidak dapat dikuasai atau dikendalikan . Misalnya : pertambahan penduduk pada masa datang, suasana politik, kebijaksanaan pemerintah dalam perpajakan dan sebagainya.
  2. b.    Premisse yang semi- controllable, yaitu premis yang setengahnya dapat dikuasai atau dikendalikan dan setengahnya tidak. Misalnya : hasil pekerjaan para pekerja, lalu lintas kerja, harga dan sebagainya.
  3. c.    Premisse yang controlable, yaitu premis yang dapat dikuasai  atau dikendalikan. Misalnya : Tahun depan perusahaan akan membayar upah buruh sebanyak Rp5.000,00 dan tahun depan betul- betul dilaksanakannya.
  4. Mencari dan menyelidiki berbagai kemungkinan rangkaian tindakan yang dapat diambil.

Sedangkan menurut Anton Anthoilla (2010 : 108) langkah- langkah yang perlu dilakukan dalam membuat perencanaan adalah sebagai berikut :

  1. Menetapkan sasaran atau perangkat tujuan

Langkah ini berkaitan dengan kebutuhan organisasi dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam penentuan tujuan, disusun pula prioritas utama dan sumber daya yang dimiliki sehingga memudahkan pelaksanaan rencana.

  1. Menentukan keadaan , situasi, dan kondisi sekarang

Situasi sekarang perlu perlu diperhatikan sebelum perencanaan dibuat, kemudian diukur menurut kemampuan organisasi dari seluruh komponen yang ada secara sasaran sistematik.

  1. Mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat

Memperkuat semua  yang mendukung terlaksananya perencanaan dan meminimalisasikan semua factor yang akan menghambat. Demikian pula, dengan antisipasi terhadap gangguan yang datang secara tidak terduga.

  1. Mengembangkan rencana dan menjabarkannya

Pengembangan rencana dan penjabarannya harus dipahami oleh seluruh pelaksana kegiatan sehingga memudahkan tercapainya  sasaran dan tujuan. Caranya adalah  dengan mengembangkan berbagai alternatif yang dapat dijadikan solusi permasalahan yang berkembang ketika rencana sedang dilaksanakan.

 

Disamping hal- hal di atas perlu diperhatikan beberapa hal dalam pembuatan rencana :

  1. Menyiapkan berbagai alternatif perencanaan.
  2. Mengkomunikasikan rencana yang telah ditetapkan dengan berbagai pihak.
  3. Memperhatikan pembiayaan yang dibutuhkan dalam perencanaan tersebut.
  4. Melakukan survei lapangan sebelum pembuatan rencana.
  5. Penentuan sasaran dan tujuan yang spesifik.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

RINGKASAN

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut diperlukan fungsi – fungsi manajemen . Dari berbagai fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa fungsi pokok manajemen terdiri atas tiga hal, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), dan controlling (pengawasan).     

Planning (perencanaan) merupakan sebuah fungsi yang pokok dalam suatu manajemen. Fungsi – fungsi manajemen yang lain tidak akan terlaksana apabila fungsi perencanaan belum selesai dilakukan. Oleh karenanya, fungsi perencanaan merupakan pondasi awal terlaksananya sebuah rencana kegiatan dalam suatu pola manajemen. Di dalam suatu perencanaan terkandung kebijakan – kebijakan yang diambil, fokus kegiatan, rencana kerja operasional, serta sangat terkait dengan penyediaan dan penggunaan sumber daya yang tersedia. Dalam melakukan suatu perencaan juga diperlukan waktu yang cukup sehingga hasil yang diperoleh maksimal. Seorang perencana yang baik juga perlu mempertimbangkan pengalaman, pengetahuan yang dimiliki, serta intuisi dalam menganalisis kondisi – kondisi yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Pengalaman – pengalaman tersebut dapat dianalisis kelemahan dan keunggulannya sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan yang lebih baik. Perencanaan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam suatu pola manajemen. Perencanaan merupakan tolak ukur keberhasilan program – program yang dilakukan dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Graves membagi perencanaan berdasarkan tingkatannya dalam organisasi. Dalam pengklasifikasiannya, terdapat tiga bentuk perencanaan yaitu perencanaan tingkat atas (top level). Perencanaan tingkat menengah (middle level), dan perencanaan tingkat bawah (bottom level). Perencanaan tingkat atas lebih bersifat directive (memimpin) dengan memberikan petunjuk – petunjuk terhadap apa yang harus dikerjakan. Perencanaan tingkat menengah lebih bersifat administrative (manajerial) yang lebih jelas menunjuk cara – cara yang dapat dilakukan dalam mewujudkan tujuan. Sedangkan perencanaan tingkat bawah lebih bersifat operative (operasional) dimana tiap – tiap anggota kelompok memiliki tugas atau pekerjaan yang berakhir dengan hasil yang konkret (nyata). Pembagian perencanaan oleh setiap ahli berbeda – beda, namun pada intinya semua perencanaan bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perencanaan juga memiliki beberapa sifat seperti yang dikemukakan oleh Anton Athoillah dimana sifat perencanaan dibagi menjadi lima macam, yaitu faktual, rasional, fleksibel, berkesinambungan, dan dialektis. Faktual berarti perencanaan didasarkan pada pertimbangan mengenai hasil temuan yang ada di lapangan. Perencanaan yang dilakukan juga harus rasional dengan mempertimbangkan fakta – fakta dan data – data serta kemungkinan rencana tersebut mampu dilakukan melalui program – program yang telah ditetapkan. Fleksibel berarti perencanaan yang dilakukan tidak kaku dan tetap mampu mengikuti perkembangan jaman. Perencanaan juga harus dilakukan secara berkesinambungan yang dibuat secara kontinyu dan berkelanjutan mengikuti kebutuhan organisasi. Sedangkan dialektis lebih menekankan pada upaya peningkatan dan perbaikan suatu perencanaan untuk masa yang akan datang dengan mengutamakan pendekatan sintesis dan kompromistis terhadap keadaan dengan tetap berpegang pada prinsip – prinsip manajemen yang telah ditetapkan.

Menyusun perencanaan bukan merupakan hal yang begitu saja mudah untuk dilakukan. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan dalam menyusun suatu perencanaan yang baik. Harold koonzt dan Anton Athoilla mengemukakan beberapa langkah dalam menyusun perencanaan yang intinya dalam menyusun sebuah perencanaan harus diawali dengan menentukan tujuan terlebih dahulu. Tujuan yang telah ditetapkan akan membantu dalam melaksanakan berbagai program secara terarah. Memperkirakan keadaan yang mungkin saja akan terjadi di masa mendatang juga sangat penting. Dengan adanya perkiraan ini, akan terbentuk antisipasi – antisipasi berupa berbagai alternatif perencanaan yang telah disiapkan sebelum hal buruk terjadi selama kurun waktu pelaksanaan program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kemampuan menganalisis kondisi yang sedang berlangsung saat ini juga sangat dibutuhkan demi melancarkan berbagai program yang mendukung terwujudnya tujuan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Agung, A.  M. Lilik. 2009. Cara Cepat Menjadi Supervisor Unggul. Jakarta :   

          PT Elex  Media Komputindo.

Anonim. 2003. Manajemen Pelayanan Kesehatan. www.kmpk.ugm.ac.id. Diakses tanggal 5 April 2013.

 

Athoilla, Anton. 2010. Dasar- Dasar Manajemen. Bandung : Pustaka Setia.

 

Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.

 

Herujito, Yayat M., 2001.Dasar- Dasar Manajemen.Jakarta : Grasindo.

 

Nitisemito, Alex S.1984. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar. Jakarta :

           Ghalia  Indonesia.

 

Ruky, Achmad S.,Tanpa tahun. Sukses Menjadi Manajer Profesional Tanpa Gelar MM dan MBA. Jakarta : Gramedia.

 

S., Alam. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XII.Jakarta : Esis.

 

Sarwoto.1978. Dasar- Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.

 

Sukwiaty, dkk. Tanpa tahun. Ekonomi SMA Kelas XII.Yogyakarta : Yudhistira.

 

Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. Jakarta : Gramedia.

 

Quotes by Emi Kiyosaki

Posted on

“Life is short, and it is a gift. We don’t know what will happen tomorrow, so don’t wait until it is too late.”

7 Dangerous Act After Meal

Posted on

Hay Guys. . . perlu diperhatikan ya kebiasaan kita yang satu ini. Meskipun kelihatannya biasa saja, tapi sebenarnya itu kurang bagus untuk kesehatan. 
Lets check it out 🙂 
Image

FKM ADAKAN KAMPANYE TERBUKA

Posted on

Hari ini, Kamis, 12 Desember 2013, secara resmi FKM UNDIP menyelenggarakan kampanye terbuka dalam rangka pemilihan ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Kali ini ada 2 calon pasangan yang mengajukan diri, yaitu Kandidat pertama oleh Alfian dan Rogo, dan Kandidat kedua oleh Arif Setiawan dan Tomi. 
Pelaksanaan kampanye terbuka pagi tadi benar-benar menarik banyak antusiasme mahasiswa FKM yang penasaran dengan profil kedua calon pasangan. Apalagi didampingi oleh 3 orang panelis yang kece abiss . . . ! (Pak Sutopo selaku dosen AKK, Ryan Aprilatama selaku Ketua BEM , serta Ketua BEM dari fakultas tetangga (FPIK). 
Argumen tak habis-habisnya keluar dari kedua kandidat. Keduanya sama-sama memiliki visi dan misi yang super kerenn . . . ! Keduanya juga memiliki ciri khas masing-masing. Pokoknya siapapun yang terpilih nanti, kita semua berharap mereka bisa menjadi agen perubahan yang lebih baik. Show your leadership and prove to all that you’re truly a Leader with real actions. 😀 

We are One, Public Health Faculty of Diponegoro University. . . !