KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Posted on

 

 

 

 

 

 

 

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KELOMPOK 5

Disusun oleh:

  1. 1.      Umaya                                          25010112120047
  2. 2.      Haifa Nurdiennah                       25010112120048
  3. 3.      Wiwin Tipuk Dwi Astuti            25010112120049
  4. 4.      Ria Nur Madyasari                     25010112120050
  5. 5.      Wiwi Wulan Ndari                      25010112120051
  6. 6.      Aip Saripudin                              25010112120052
  7. 7.      Mawaddah Muhajjar                 25010112120053
  8. 8.      Khaerunnisa Uljanah                 25010112120054
  9. 9.      Tyas Larasati                               25010112120055
  10. 10.  Prasti Widyorini                          25010112120056
  11. 11.  Ida Mahfiroh                               25010112120057
  12. 12.  Winda Asriyani                           25010112120058

 

 

Kelas A 2012

 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

  1. A.    Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang artinya memberitahukan. Sedangkan menurut bahasa inggris disebut Communication yang artinya pertukaran informasi konsep, ide, perasaan antara dua atau lebih.[1]

  1. Komunikasi dapat dibagi menjadi :
  • Komunikasi satu arah
    Yaitu komunikasi yang tidak memberi kesempatan pada pendengar untuk memberikan tanggapan/sanggahan. 1
    Contoh : siaran radio, tv, Koran
  • Komunikasi dua arah
    Yaitu komunikasi yang memberikan kesempatan pada pendengar untuk memberikan tanggapan/sanggahan1
    Contoh : pertemuan musyawarah, diskusi

 

  1. Macam-macam komunikasi
    1. Komunikasi tertulis
      Komunikasi tertulis adalah komunikasi menggunakan lambing, huruf, misalnya jika akan menyampaikan pesan melalui surat biasanya menggunakan huruf-huruf atau abjad, dsb.1
      Kelebihan1 komunikasi secara tertulis :

–          Dapat disebarkan seluas-luasnya

–          Dapat lebih tegas dan jelas

–          Mempunyai daya tahan yg lama

Kelemahan 1 komunikasi secara tertulis :

–          Tidak ada penjelasan lebih lanjut selain tertulis

–          Tidak semua hal yg dikomunikasikan secara tertulis

–          Penerima komunikasi tidak jelas menerima pesan yg dimaksud

  1. Komunikasi lisan
    Komunikasi lisan adalah komunikasi berbentuk pembicaraan langsung, seperti diskusi, ceramah, dsb .1

Kelebihan1 komunikasi secara lisan :

–          Dapat menimbulkan komunikasi timbale balik secara langsung

–          Dapat memberi penjelasan secara rinci

–          Dapat menimbulkan partisipasi secara langsung

Kelemahan1 komunikasi secara lisan :

–          Memerlukan penyesuaian di dalam berkomunikasi

–          Memerlukan penjelasan lebih terperinci

–          Tidak dapat di pakai sebagai dokumentasi tertulis

 

  1. Unsur-unsur komunikasi 1
  • Komunikator, adalah seorang yg menyampaikan pesan atau informasi
  • Komunikan, adalah seseorang yg menerima pesan atau informasi
  • Pesan, adalah berita yg mengandung arti
  • Media, saluran/sarang yg menunjang pesan bila komunikan jauh tempatnya/banyak jumlahnya
  • Efek/feedback, adalah pengaruh dari adanya pesan

 

  1. Syarat-syarat berkomunikasi 1
  • Pesan yg disampaikan hendaknya dapat membangkitkan keinginan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperolehnya.
  • Pesan yg disampaikan harus di rancang terlebih dahulu dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian sasaran yg dimaksud.
  • Pesan yg disampaikan harus menggunakan tanda-tanda yg disesuaikan dengan pengalaman yg sama antara yg member pesan dan orang yg menerima pesan, sehingga sama-sama mengerti.
  • Pesan yg disampaikan hendaknya mewujudkan dan menunujukan suatu jalan untuk memperoleh keinginan yg layak.

 

Menurut Communicative Skill (Air University USA), komunikasi adalah suatu proses yg mempunyai tiga komponen, yaitu : 1
a. Komunicator, adalah seseorang yg memindahkan arti
b. Simbol, adalah untuk memindahkan arti
c. Penerima, adalah seseorang yg menerima symbol dan menterjemahkan arti

 

Hambatan-hambatan dalam komunikasi [2]

  • Kurangnya pengetahuan
  • Berbeda latar belakang pendidikan antara komunikator dengan komunikan
  • Tidak/kurang mendalami teknologi komunikasi
  • Adanya penafsiran bahasa yg salah/berbeda
  • Jarak antara komunikator dengan komunikan
  • Melakukan komunikasi yg panjang dan bertele-tele
  • Pengaruh panca indra
  • Kurang/tidak saling mengenal tradisi masing-masing

 

 

  1. B.     Landasan Daya Tarik dalam Interaksi Manusia

Dalam kehidupan  sehari-hari rasa suka dan daya tarik terhadap seseorang menjadi faktor penting dalam menjalin hubungan dengan sesama. Beberapa faktor daya tarik yang dapat mempengaruhi proses hubungan antar manusia sebagaimana yang disampaikan Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (2000) adalah kedekatan geografis , kepemiripan, dan situasi.[3]

  1. Kedekatan Geografis (Prokmisitas)

Pepatah jawa mengatakan “Trisno jalaran soko kulino” artinya cinta muncul karena kebiasaan bertemu,bertatap muka, bercanda atau saling berpandangan. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa betapa besar pengaruh kedekatan dlam menjalin hubungan satu sama lainnya. Dalam kontek hubungan sosialpun sering kita saksikan seseorang terkesan lebih nyaman bila ngobrol dengan sesama kelompoknya yang sering bertemu dan jarak yang dekat dibanding dengan orang yang jarang bertemu karena jauh tempatnya. Seorang perawat bedah akan merasa nyaman berkomunikasi dengan sesama perawat atau dokter yang bertugas di Ruang Bedah dibanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat atau dokter yang bertugas ditempat lain. (Mundakir,2006) 3

  1. Kemiripan (Similarity)

Dalam suatu penelitian mengenai pemilihan pasangan hidup, Buss(1985) sebagaimana dikutip oleh Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss (2000) menemukan bukti kuat bahwa pemilihan pasangan hidup ini didasarkan pada kemiripan.Misalnya mirip dalam hal usia,pendidikan, latar belakang etnik, agama, ras, status sosial ekonomi, disamping kepribadian, sikap gaya busana dan sebagainya.Dengan demikian bila kita mengetahui tentang sikap ,kepribadian ,nilai-nilai yang dianut dan latar belakang seseorang kita akan dapat meramalkan tentang siapa akan berkawan dengan siapa.Perawat mungkin akan lenih memilih berhubungan dekat dengan sesama petugas kesehatan dibanding berhubungan dekat dengan petugas keamanan.Seorang pasien akan merasa aman bila curhat dengan pasien lain yang mempunyai masalah kesehatan yang hampir sama. Faktor kemiripan ini seolah menjadi pendukung dalam proses hubungan antar manusia. 3

  1. Situasi
    1. Rasa suka timbal balik yang dipersepsi

Perasaan suka atau daya tarik seseorang akan muncul kuat bula orang lain yang disukai memberikan respon balik yang sama,Situasi ini cukup berpengaruh denga orang lain.Seorang perawat akan merasa lebih senanng dalam memberikan perhatian dan berkomunikasi dengan klien apabila klien tersebut merespon dan mengikuti nasehat perawat, sebaliknya bila respon klien tidak sesuai dengan harapan perawat ,maka tidak jarang perawat akan “membiarkan  atau cuek” terhadap klien tersebut. Timbal balik rasa suka terhadap sesorang dapat dijelaskan dengan dua alasan : 1. Orang yang menyukai Anda meningkatkan harga diri Anda. 2. Perilaku rasa sukanya merupakan suatu pujian,dan Anda mengembalikan pujian itu dengan rasa suka juga. (Mundakir,2006) 3

  1. Perubahan dalam penghargaan diri

Hubungan yang kita lakukan dengan orang lain akan terasa lebih mantap dan nikmat bila hubungan kita membawa pengaruh pada peningkatan harga diri.Seorang perawat akan merasa bangga bila dia bersahabat dengan orang yang lebih pintar dari dia karena hal tersebut selain menambah penegtahuannya juga meningkatkan citra dirinya dihadapan orang lain. (Mundakir,2006) 3

  1. Kecemasan

Kecemasan mempengaruhi kita untuk berkomunkasi dengan orang lain.Situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan dapat meingkatkan kebutuhan untuk bersama-sama dengan orang lain untuk mengubah kriteria. (Mundakir,2006)3

  1. Isolasi

Kesendirian yang terjadi menimbulkan kesepian dan membutuhkan hubungan dengan orang lain.Seorang pasien yang mengidap penyakit menular akan di isolasi dalam ruangan tertentu, dia tersiksa secara fisik dan psikis ,dia butuh teman untuk ngobrol , curhat dan ketenangan dalam menjalani hidup. (Mundakir,2006)3

  1. Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi

Menurut pandangan ini dalam memilih pasangan hidup dan bahkan kawan,kita tertarik pada orang yang paling mungkin memuaskan kebutuhan kita.Seorang teman mungkin mempunyai kebutuhan kuat untuk mendominasi hubungan,sementara yang lain merasa lebih nyaman dengan sikapnya yang submisif. (Mundakir,2006)3

 

  1. C.    Ketrampilan Dasar Berkomunikasi

Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita perlu memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Menurut Johnson (1981), beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut.[4]

Pertama , kita harus mampu untuk saling memahami. Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan , yaitu sikap percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri (Johnson,1981). Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita harus saling percaya. Sesudah saling percaya, kita kita harus saling membuka diri yakni saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau yang atau perbuatan yang di lakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri seperti itu, tentu saja sebelumnya kita harus menginsafi diri kita, yaitu menyadari perasaaan-perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Membuka diri kita kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka diri kepada kita adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi (Johnson, 1981).4

Kedua, kita harus mampu mengkomunikasikan  pikiran dan perasaan kita secara cepat dan jelas. Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita  memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran perasaan dan saling mendengarkan, kita memulai mengembangkan,  dan memelihara komunikasi dengan orang lain.4

Ketiga, kita harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong. Sehingga orang tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan masalahnya.4

Keempat, kita harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif. Artinya, dengan cara-cara yang mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan menjadikan komunikasi kita itu semakin tumbh dan berkembang. Kemampuan ini sangat penting untuk mengembangkan dan melangsungkan komunikasi kita.4

 

KIAT MEMPELAJARI KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan muncul secara tiba-tiba saat kita memerlukannya. Keterampilan tersebut harus kita pelajari atau latih. Seperti keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan berkomunikasi ini dapat kita pelajari mengikuti kiat-kiat sebagai berikut (Johnson, 1981) [5] :

  • Pertama, kita harus menyadari mengapa keterampilan berkomunikasi ini penting kita kuasai dan apa manfaatnya bagi kita.5
  • Kedua, kita harus memahami arti keterampilan berkomunikasi dan bentuk-bentuk perilaku komponennya yang perlu kita kuasai untuk mewujudkan keterampilan itu. 5
  • Ketiga, kita harus rajin mencari atau menemukan situasi-situasi dimana kita dapat mempraktikkan keterampilan tersebut.5
  • Keempat, kita tidak boleh segan atau malu meminta bantuan orang lain untuk memantau usaha kita serta memberikan penilaian tentang kemajuan yang sudah kita capai maupun kekurangan yang masih kita miliki. 5
  • Kelima, kita tidak boleh bosan belajar atau berlatih. Keterampilan berkomunikasi tersebut harus kita praktikkan terus-menerus. 5
  • Keenam, keseluruhan latiha tersebut harus kita bagi dalam satuan-satuan atau bagian-bagian tertentu, agar setiap kali dapat kita rasakan keberhasilan usaha kita. Misalnya, berlatih membangun sikap percaya, mengungkapkan pikiran secara jelas, mendengarkan, dan sebagainya.5
  • Ketujuh, akan sangat menolong bila kita dapat menemukan teman yang dapat kita ajak sebagai lawan berlatih.5
  • Kedelapan, keterampilan berkomunikasi dengan seluruh komponen atau bagiannya tersebut harus terus-menerus kita latih dan praktikkan, sampai akhirnya menjadi bagian dari diri kita.5

Seluruh langkah dalam kiat-kiat diatas dapat dilakukan dalam kerangka metode belajar yang disebut experiential learning atau belajar melalui pengalaman (Johnson, 1981). Metode belajar yang oleh banyak ahli dipandang paling efektif belajar dibidang afektif, termasuk mempelajari keterampilan berkomunikasi ini, meliputi empat tahap (Johnson, 1981). 5

Tahap pertama, kita mencari kesempatan untuk mendapatkan pengalaman pribadi konkret berkaitan dengan hal yang ingin kita pelajari. Misalnya, kita ingin belajar mengungkapkan perasaan secara jelas dan tepat, kita ajak seorang teman untuk berkomunikasi dengan focus saling mengungkapkan perasaan. 5

Tahap kedua, kita lakukan refleksi, observasi atau pemeriksaan atas pengalaman pribadi yang baru kita peroleh. Apa saja yang kita alami, kita rasakan selama menjalani pengalaman konkret tersebut. 5

Tahap ketiga, dari hasil refleksi tersebut kita dapat merumuskan prinsip-prinsip, menemukan konsep-konsep. Misalnya, ungkapan perasaan menjadi mudah ditangkap lawan komunikasi dengan cara menyebutkan nama perasaaan itu. Tentu saja hal itu menuntut keberanian.5

Tahap keempat, membuat kesimpulan-kesimpulan pribadi untuk dipraktikkan. Kadang-kadang kesimpulan ini masih berupa hipotesis. Benar atau tidaknya dapat dibuktikan dengan mempraktikkannya.5

 

 

  1. D.    Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2004 : 73). [6]

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Muhammad, 1995 : 158). 6

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adlah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.6

Menurut Burgon & Huffner (2002), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual.6

Berdasarkan definisi mengenai komunikasi antar pribadi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik secara verbal maupun non-verbal yang ditanggapi orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi-pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan maupun menerima pesan secara nyata. 6

 

  1. E.     Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal

Menurut Supratiknya, A. (1995) didalam bukunya yang berjudul “Komunikasi antar pribadi”, Komunikasi Interpersonal memiliki tujuh unsur diantaranya sebagai berikut [7] :

  1. Maksud-maksud, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang ada dalam diri pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilihnya. Semua itu menjadi awal bagi perbuatan komunikatifnya, yakni mengirimkan suatu pesan yang mengandung isi tertentu.
  2. Proses kodifikasi pesan oleh pengirim. Pengirim mengubah gagasan, perasaan dan maksud-maksudnya ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan.
  3. Proses pengiriman pesan kepada penerima.
  4. Adanya saluran (channel) atau media, melalui mana pesan dikirimkan.
  5. Proses dekodifikasi pesan oleh penerima. Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan.
  6. Tanggapan batin oleh penerima terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang ditangkap.
  7. Kemungkinan adanya hambatan (noise) tertentu.

 

 

  1. F.     Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Tujuan memahami beberapa definisi tentang komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal adalah untuk mengetahui karakteristik dari komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal. Dengan memahami karakteristiknya maka kita dapat memahami perbedaan komunikasi interpersonal dengan bentuk komunikasi yang lain,  seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. (Dasrun, 2012)[8]

Sementara itu, Judy C. Pearson (1983) memiliki pendapat lain mengenai karakteristik komunikasi interpersonal yaitu :

  1. Komunikasi Interpersonal bersifat Myself Communication

Komunikasi interpersonal dimulai dari dalam diri pribadi atau diri sendiri. Dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi bukan hanya sekedar rekaman atas suatu objek yang telah terstimulasikan pada otak manusia, tetapi otak manusia itu tidak seperti komputer yang mengelola input sebagaimana datanya adanya. Persepsi sangat dipengaruhi kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, yang semuanya menentukan interprestasi orang pada sensasi. (Darsun, 2012)8

Proses psikologi merupakan salah satu proses yang tidak bisa terpisahkan dari proses komunikasi interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam proses komunikasi interpersonal kita mencoba menginterprestasikan makna yang menyangkut diri kita, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Dalam komunikasi interpersonal, memahami diri pribadi merupakan suatu syarat yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahamin diri pribadi, kita akan lebih mudah memahami komunikasi yang kita lakukan. (Darsun, 2012)8

 

 

 

  1. Komunikasi interpersonal bersifat Transaksional

Komunikasi interpersonal mengacu pada pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Komunikasi interpersonal sering terjadi mempertimbangkan untung rugi. Dari sebuah interaksi akan tercipta transaksi dalam komunikasi. Teori social excange menjelaskan bahwa orang sebenarnya menggunakan prinsip ekonomi dalam suatu hubungan, yaitu dengan mempertimbangkan kontribusi orang lain dalam hubunganya tersebut. (Darsun, 2012) 8

Analisis Transaksional adalah lebih dari sekedar kerangka untuk menganalisis interaksi. Analisis transaksional merupakan sebuah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapeutik. Kekuatan dari teori ini terletak pada konse-konsep yang kuat, tetapi sederhana penerapannya yang luas pada hubungan manusia. Konsep utama analisis transaksional adalah keadaan ego. Kapan pun, orang memanifestasikan sebuah bagian dari kepribadian mereka dalam sebuah pola perilaku, pikiran, dan persaan yang konsisten. (Darsun, 2012) 8

 

  1. G.    Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ):

  1. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

  1. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

  1. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

  1. Mengubah Sikap Dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

  1. Untuk Bermain Dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

 

 

  1. Untuk Membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

 

 

  1. H.    Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).[9]

 

  1. 1.      Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.9

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.9

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).9

  1. 2.      Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.9

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.9

 

 

  1. 3.      Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin9

  1. 4.      Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.9

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.9

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.9

  1. 5.       Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.9

Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi keinginan semua orang. Dengan komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan, dan pesan.[10]

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator
  • Kredibilitas: ialah kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. Pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator yang kredibitilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan.
  • Daya tarik: ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan mengudang simpati penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.
  • Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa mewujdukan cara komunikasi yang sesuai.
  • Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
  • Kepercayaan: kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan leibh mudah menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
  • Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi di lingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
  • Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di kedua belah pihak.
  • Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan, artinya seorang komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
  • Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.

 

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikan
  • Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh komunikator.
  • Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat menrima informasi yang diberikan komunikator.
  • Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar.
  • Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.
  • Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator.

 

  1. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut pesan
  • Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
  • Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan.
  • Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.
  • Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang berlainan.
  • Sediakan informasi yang praktis, berguna, dan membantu komunikan melakukan tindakan yang diinginkan.
  • Berikan fakta, buka kesan dengan cara menyampaikan kalimat konkret, detail, dan spesifik disertai bukti untuk mendukung opini.
  • Tawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan langkah-langkah yang disarankan untuk membantu komunikan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 

 

  1. I.       Manfaat Komunikasi Interpersonal

De Vito mendefinisikan Komunikasi antar pribadi “…The procces of sending and receiving message between two persons or among a small group of persons with some effect and some immediate feedback..” 11

Pentingnya komunikasi interpersonal antara lain :

  1. Membantu perkembangan intelektual dan sosial
  2. Menemukan identitas/jati diri
  3. Memahami realitas di sekeliling kita
  4. Mengembangkan kesehatan mental

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal umumnya berlangsung secar tatap muka ( face to face ). Komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi ( personal contact ) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator. Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan terjadi secara seketika ( immediate feedback ). Komunikator akan mengetahui pesan tersampaikan secara baik atau tidak ketika melihat tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan gaya bahasa.. apabila umpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan tersebut menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik. 11

Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan komunikasi persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya.[11]

 

 

  1. J.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Jalaludin Rakhmat (2007) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh: [12]

1)      Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari. Seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.12

2)      Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu12:

a)      Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

b)      Merasa setara dengan orang lain

c)      Menerima pujian tanpa rasa malu

d)     Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

e)      Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu12:

  • Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya, bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
  • Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
  • Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

3)      Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:12

a)      Penafsiran pesan dan penilaian.

Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.12

b)      Efektivitas komunikasi.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi12

4)      Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.12

 

 

 

  1. K.    Kecakapan-kecakapan yang Dibutuhkan dalam Komunikasi Interpersonal

Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu [13]

 

1)      Kecakapan Kognitif 13

Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi. Menurut Hardjana (2007: 92-93), kecakapan kognitif meliputi:13

a)      Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meinggalkan pandangannya sendiri.

b)      Perspektif sosial (social perspective): kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya.

c)      Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi interpersonal.

d)     Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.

e)      Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang berkomunikasi dengannya.

2)      Kecakapan Behavioral.13

Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan, baik personal maupun relasional.Kecakapan behavioral menurut Hardjana, yaitu:

a)      Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif menentukan tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan ini meliputi :

  • sikap tanggap (responsiveness)
  • Sikap perseptif (perceptiveness)
  • sikap penuh perhatian (attentiveness).

b)      Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang berfungsi untuk membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi tercapainya tujuan komunikasi.

c)      Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) : Kecakapan yang dibutuhkan agar proses komunikasi yang dilakukan tidak terkesan kaku dan monoton.

d)     Mendengarkan (listening): kecapakan yang berfungsi untuk bisa mendengarkan dan menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan mendengarkan seseorang dapat menjadi teman berbicara yang baik.

e)      Gaya sosial (social style):kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain.

f)       Kecemasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat dipakai untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst. ketika berhadapan dengan lawan bicara.

 

  1. L.     Aplikasi Komunikasi Interpersonal Dalam Dunia Kesehatan[14]
  2. Komunikasi Interpersonal Dokter – Pasien

Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien merupakan salah satu elemen penting dalam hubungan dokter – pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan pasien dalam melaksanakan terapi serta hasil akhir berupa kesembuhan pasien. Pasien yang memahami sifat penyakit mereka beserta penanganannya, dan pasien yang percaya bahwa dokter yang merawatnya benar-benar memperdulikan kesembuhan mereka, menunjukkan kepuasan yang lebih besar dengan perawatan yang diterima dan lebih mungkin untuk mematuhi aturan pengobatan. Pengakuan tentang pentingnya komunikasi interpersonal telah ada secara meluas, namun penekanan dalam bidang medis sendiri kurang diperhatikan.14

  1. Komunikasi Interpersonal SKM dalam Promosi Kesehatan

Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat adalah proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa. Seorang SKM harus dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau bapak-bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si penyampai informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan demikian, seorang SKM harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.14

Semakin mirip latar belakang sosial budaya, komunikasi menjadi lebih efektif. Status sosial dan budaya yang ada di masyarakat sangat mempengaruhi komunikasi yang terjadi pada masyarakat tersebut. Contohnya adalah status sosial. Seseorang akan lebih mudah berhubungan atau menjalin interaksi dengan orang yang status sosialnya sam karena mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sama. Begitu pula dengan budayanya. Seseorang akan merasa nyaman melakukan interaksi dengan orang yang memiliki budaya yang sama dengannya. Seorang SKM harus menyadari bahwa dunia ini terdiri dari berbagai sistem sosial dan budaya yang berbeda satu sama lain. Seorang SKM harus dapat menempatkan diri dalam suatu status sosial dan budaya. Misalnya dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat dengan status sosial dan budaya A, jangan disampaikan dengan menggunakan budaya B atau dalam lingkup status sosial B. Meskipun budaya mereka berbeda, hendaknya seorang SKM dapat menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Sehingga informasi kesehatan menjadi mudah disampaikan.14

  1. Komunikasi Interpersonal Perawat – Perawat

Hubungan interpersonal perawat- perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.14

Isu yang terkait dengan hubungan perawat dengan perawat yaitu perawat cenderung lebih nyaman atau lebih senang berkomunikasi dengan sesama perawat yang bertugas di ruangan yang sama, misalnya ruangan bedah, dibanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat yang bertugas diruangan lain.14 

  1. Komunikasi Interpersonal Pasien dengan Keluarga dan Tokoh Agama

Kasus Rima Melati, seorang selebritis Indonesia, memperlihatkan betapa kuat pengaruh komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh keluarga dan pendeta yang secara rutin terus memberikan semangat kepadanya untuk sembuh. Pada akhirnya, Rima Melati dinyatakan sembuh dari penyakit kankernya. Dilihat dari sisi komunikasi, di luar pengobatan medis yang dilakukan dokter, dorongan kesembuhan ini ternyata dimunculkan oleh komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh keluarga dan pendeta yang selalu menemani dan membantunya. Contoh kasus ini, bisa menjadi tanda betapa pentingnya komunikasi antarpribadi dalam kehidupan seorang penderita kanker.14

  1. Komunikasi Interpersonal Pada Pasien Kanker dan Staf Medis

Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara staf medis dan pasien kanker dan keluarganya terbukti mempunyai peranan yang sangat penting dan dibutuhkan, khususnya untuk meningkatkan motivasi kesembuhan bagi pasien kanker.14

Peran staf medis sebagai komunikator terhadap pasien kanker merupakan peran yang sangat penting. Pengaruh yang dimunculkan dari komunikasi yang tepat adalah pasien akan menyerahkan sepenuhnya proses pengobatan penyakitnya dengan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi kepada staf medis, khususnya dokter. Staf medis berfungsi sebagai penghubung pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial dari pasien. Sedangkan keterampilan yang dapat menjadi penghubung antara kepatuhan atau ketaatan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan dengan kompetensi pengobatan yang dipunyai staf medis adalah komunikasi antarpribadi. Keterampilan komunikasi antarpribadi yang baik ternyata akan meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kredibilitas staf medis. Pada akhirnya, hal ini berpengaruh secara eksternal terhadap motivasi kesembuhan bagi pasien kanker. 14

Posisi keluarga dalam pendampingan pasien, merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan saat mendapatkan perawatan di rumah sakit. Keluarga berfungsi sebagai penghubung staf medis dan pasien apabila pasien tidak siap menerima perkembangan kondisi terakhir penyakitnya. Pada pihak lain, keluarga pun dibutuhkan oleh pasien dalam upayanya memberikan dukungan untuk sembuh. Keluarga juga dibutuhkan sebagai pengganti staf medis dalam mempertahankan stabilitas pribadi pasien kanker, karena tidak mungkin staf medis berada di samping pasien setiap saat. Peran keluarga sebagai komunikator kepada keluarganya yang sakit kanker dapat memberikan motivasi untuk sembuh dengan menggunakan bahasa yang sama dan dipakai sehari-hari. Hal lain yang dianggap dapat mempengaruhi motivasi kesembuhan pasien kanker dari adanya dukungan keluarga adalah pengetahuan mereka tentang karakter pasien yang lebih mendalam dibanding staf medis. Hal ini mendukung terlaksananya proses komunikasi yang akan lebih berhasil di dalam membantu menyampaikan pesan atau petunjuk dari staf medis. Posisi keluarga yang juga dapat memberikan motivasi kesembuhan bagi pasien kanker adalah berupa dukungan materi dan fisik yang selalu mendampingi, dan berupa penyampaian pesan komunikasi yang tepat dan dibutuhkan pasien, seperti ungkapan untuk sabar dan rasa empati yang sangat tinggi atas penderitaan mereka.14

Satu bagian terpenting dalam komunikasi antarpribadi staf medis dan pasien kanker adalah pesannya itu sendiri. Pesan komunikasi merupakan unsur yang sangat penting untuk meningkatkan motivasi sembuh pasien. Bila pesan disampaikan bernada positif, jelas, menarik, dan mudah dimengerti disertai waktu yang tepat dan penggunaan pesan nonverbal yang tepat maka tingkat penerimaan pasien pun akan semakin tinggi. Pasien cenderung mengikuti petunjuk yang dipahami. Sebaliknya, bila pesan yang disampaikan susah untuk dipahami maka pasien pun berkecenderungan untuk tidak mengindahkan semua petunjuk dari staf medis. Akibatnya, proses pengobatan yang diberikan cenderung tidak selamanya membawa keberhasilan bagi pasien. Pesan komunikasi sendiri perlu disampaikan dengan melihat situasi penyampaian, pengetahuan dan pengalaman pasien ditambah dengan penggunaan teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang tepat, termasuk pengetahuan akan kondisi fisik, sosiopsikologis dan temporal yang terjadi. Akan tetapi ternyata tapi tidak selamanya semua pesan dapat disampaikan kepada pasien karena tergantung dengan status sosial ekonomi, status pendidikan dan jenis penyakit yang diderita. Namun demikian pesan komunikasi yang tepat dan benar memberikan motivasi bagi pasien kanker untuk sembuh lebih cepat.14

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggota IKAPI. 1987. Komunikasi Mengena. Yogyakarta: Kanisius

Anonim. 2012. Komunikasi Interpersonal Kesehatanhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30682/4/Chapter%20II.pdf diunduh pada tanggal 26 Sepetember 2013 pukul 15.00

Citrobroto, Suhartin. 1989. Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti

Devito, J.A, 2002. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta : Profesional Books.

DeVito, Joseph A. (1992).  The Interpersonal Communication Book. 6th ed. New York: Harper Collins

Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E.B, 1997. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta, Penerbit : Erlangga.

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta : Graha Ilmu

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran

Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prof,Drs. Uchjana Onong.1992.ILMU KOMUNIKASI. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta:Kanisius

Stewart L.Tubbs & Sylvia Moss.(2000).Human Communication.Edisi 2.Bandung Remaja Rosdakarya.

Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu, Edisi Pertama

Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1]Dr Wiyanto., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2004

 

[2]Prof,Drs. Uchjana Onong, ILMU KOMUNIKASI, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 1992

[3]Mundakir, Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hlm :58-61

 

[4]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 10-11

 

[5]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 12-13

 

[6]Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2007,

 

[7]Supratiknya, A, Komunikasi antar pribadi, Kanisius Yogyakarta:(1995). hlm : 31

[8]Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm : 49-55

 

[9]Devito, J.A, Komunikasi Antar Manusia, Profesional Books,  Jakarta: 2002.

 

[10]Anggota IKAPI, Komunikasi Mengena, Kanisius, Yogyakarta : 1987

Suhartin Citrobroto, Prinsip-prinsip dan Teknik Berkomunikasi, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1989

 

[11]DeVito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book. 6th ed. Harper Collins NewYork, (1992).

[12]Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2007,

[13]Agus M.Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Kanisius Yogyakarta: 2007

[14]Anonim, Komunikasi Interpersonal Kesehatan, 2012diunduh pada tanggal 26 September 2013 pukul 15.00

 

Leave a comment